Review – Pelaku pasar kripto menatap 2022 penuh optimisme. Setelah menghabiskan 2021 dengan beragam liku aset berlandaskan jaringan blockchain ini.
Kripto bernama Bitcoin dan lainnya diprediksi akan memiliki performa yang lebih baik dengan adanya ekosistem terbaru.
Bahkan diprediksi tahun ini akan ada ekosistem baru, setelah tahun lalu 2020 ada DeFi dan di tahun lalu hype NFT dan juga Metaverse. Tentunya, ekosistem ini juga tidak akan ditinggalkan, meskipun ekosistem yang baru terbentuk.
Harapan tinggi lainnya datang setelah El Savador dengan keputusan berani menjadikan Bitcoin sebagai alat pembayaran sah. Keputusan Nayib Bukule diyakini suatu hari akan diikuti kepala negara lain.
Tahun ini Bitcoin menjadi semakin memasyarakat. CEO Indodax Oscar Darmawan menilai banyak orang awam yang mulai mencari perkembangan dan peduli soal asset kripto.
Bahkan Bitcoin juga sudah digunakan sebagai devisa negara dan juga masuknya institusi investor.
Yang dulunya, sebuah negara belum pernah sama sekali mempertimbangkan Bitcoin sebagai devisa.
Namun tahun lalu, El Salvador sudah memulainya. Kabar bawah Amerika Selatan akan menyusul sudah menjadi topik pembicaraan.
“Negara-negara lain yang selama ini terikat dengan dolar Amerika mempertimbangkan Bitcoin sebagai devisa negaranya,” kata Oscar Darmawan, Minggu (2/1/2021).
Namun, kripto bukan tidak menemui adangan. Bahkan International Monetary Fund (IMF), serta bank sentral di banyak negara menyebut kripto berbahaya. Mereka kompak menentang Bitcoin Cs.
Optimisme pelaku industri ini diyakini tak bergeming setelah serangan bertubi-tubi tahun lalu, juga tahun-tahun sebelumnya. Karena terbukti serangan-serangan itu tidak benar-benar bisa menggerakkan pasar kripto.
“Bitcoin sudah sering dinyatakan mati dari sejak kemunculannya. Saya kira statement IMF yang bertentangan dengan eksistensi kripto tidak akan begitu pengaruh. Yang akan cukup berpengaruh adalah bagaimana negara akan membuat Bitcoin sebagai devisa atau tidak. Kita juga bisa melihat bahwa institusi juga sudah terjun dan gelombangnya cukup besar. Jika harga turun institusi akan memborong. Jika hal ini dilakukan terus menerus lama lama supply Bitcoin akan terus menipis,” ujar Oscar.
Tidak hanya Bitcoin, Oscar juga membahas perihal kripto market cap terbesar setelah Bitcoin, yakni Ethereum.
Ethereum kini sudah berevolusi menjadi Ethereum 2.0. Dengan evolusi ini, kecepatan, efisiensi, dan skalabilitas jaringan Ethereum pun semakin meningkat. Dampaknya, jaringan dapat memproses lebih banyak transaksi dan mengurangi kemacetan trafik. Bahkan secara teknologi, harga, dan ekosistem, Ethereum disebut sudah mengungguli Bitcoin.
“Ethereum itu bagus ekosistemnya juga luar biasa dan dipakai di dunia institusi juga. Tapi yang jadi masalah apakah Ethereum akan bisa scale up lagi atau tidak untuk menurunkan biaya transaksinya karena biaya gas dari Ethereum ini adalah kuncinya. Jika di tahun 2022 pengembang dari Ethereum ini bisa menurunkan gas fee-nya saya kira ada kemungkinan bahwa Ethereum bisa meng-off lap Bitcoin,” kata Oscar.
Berdasarkan data market Indodax pada Rabu tanggal 28 Desember 2021, Ethereum menyentuh angka 58 juta rupiah/1 ETH. Angka ini jika kita bandingkan dengan awal Januari 2021, harga 1 ETH hanya berkisar 10 juta rupiah saja. Dari data ini, dapat disimpulkan bahwa harga Ethereum sudah naik sekitar 480 persen.
“Kita dapat melihat bahwa performa Ethereum di tahun 2021 ini Sangat baik bahkan sempat menyentuh all time high di angka 68 juta pada bulan November 2021,” bebernya.
Oscar menyebut, tahun lalu orang orang juga banyak yang membahas tren Metaverse serta NFT. Metaverse yang naik daun karena Facebook ini, membuat orang benar benar ‘hidup’ di dalam dunia maya.
Nah, tren NFT disebut bergantung pada kesuksesannya Metaverse. Karena itu, menurutnya, Metaverse sangat berperan besar terhadap NFT dan dunia kripto tahun ini.
“Kalau bicara soal Metaverse dan dunia sudah digital, uangnya tidak akan tersentral. Uangnya tentu akan digital dan terdesentralisasi. Itu akan menggerakkan kripto. Sama halnya dengan kita bicara soal NFT. Lukisan digital di NFT semahal apapun jika tidak ada fungsinya buat apa. Namun Jika kita hidup di dunia digital dan punya aset digital NFT yang harganya mahal tentu akan sangat berguna. Maka dari itu, menurut saya jika tren Metaverse ini bisa take off, maka NFT pun akan take off. Jika NFT tanpa adanya Metaverse hanya akan sebatas hype saja,” imbuh Oscar Darmawan. (*)