KUTAI KARTANEGARA – Pemerintah Desa Rapak Lambur berupaya menjaga kualitas kesehatan warga, khususnya anak-anak dan ibu hamil, untuk mempertahankan status Zero Stunting.
Meskipun belum ditemukan kasus stunting pada balita maupun anak-anak di wilayah tersebut, pemerintah desa tetap mengalokasikan anggaran khusus pencegahan setiap tahun dan bahkan meningkatkannya pada 2025.
Kepala Desa Rapak Lambur, Muhammad Yusuf, menyampaikan bahwa porsi Dana Desa (DD) untuk program penanganan stunting pada 2025 telah mencapai 19 persen. Angka ini meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 10 persen.
“Tahun ini (2025) sekitar 19 persen (dari dana desa), tahun sebelumnya hanya 10 persen. Jadi setiap tahun berlanjut, dan di tahun lalu itu sekitar Rp 113 juta anggarannya, di tahun 2025 ini lebih,” terang Yusuf saat di Desa Lapak Lambur belum lama ini.
Menurutnya, peningkatan anggaran ini merupakan bentuk investasi jangka panjang dalam pembangunan sumber daya manusia desa, yang dimulai dari kelompok paling rentan terhadap stunting, seperti balita, ibu hamil, hingga remaja putri.
Program yang dilaksanakan mencakup pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita, susu bagi ibu hamil, distribusi tablet penambah darah, serta penyuluhan gizi yang rutin dilakukan oleh petugas kesehatan desa.
Selain intervensi langsung, Pemdes Rapak Lambur juga melibatkan masyarakat secara aktif melalui forum rembuk stunting dan Focus Group Discussion (FGD), yang menjadi ruang dialog bagi warga, khususnya para ibu hamil, dalam menyuarakan kebutuhan serta menyusun arah kebijakan pembangunan.
“Di tahun ini, Pemdes mau meningkatkan SDM mulai dari ibu hamil, balita, pemuda dan pemudinya. Karena anak-anak itu aset desa,” ucap Yusuf menegaskan.
Langkah preventif yang menyeluruh dan partisipatif ini dinilai sebagai bentuk kesadaran bahwa pembangunan desa tidak hanya sebatas infrastruktur fisik, tetapi juga harus menyentuh aspek kualitas hidup warganya sejak usia dini.
Dengan sinergi antara kebijakan anggaran dan keterlibatan masyarakat, Rapak Lambur menjadi contoh nyata bahwa desa juga bisa menjadi garda depan dalam upaya menekan angka stunting dan meningkatkan kesejahteraan generasi mendatang. (adv/r1)