KUTAI KARTANEGARA – Pemerintah Desa Rapak Lambur terus mendorong partisipasi aktif kelompok tani untuk menyukseskan program Optimalisasi Lahan (Oplah) dengan pola tanam tiga kali panen dalam setahun.
Program ini dinilai penting untuk memperkuat ketahanan pangan lokal, sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani di tengah tantangan iklim dan pasokan pangan global yang terus berubah.
Dalam pelaksanaan program tersebut, Pemerintah Desa Rapak Lambur telah melibatkan sejumlah petani yang dinilai mampu menjadi percontohan di wilayahnya. Mereka diberikan pendampingan teknis dan motivasi agar mampu menjalankan metode pertanian yang lebih produktif dan efisien.
Kepala Desa Rapak Lambur, Yusuf, menjelaskan bahwa pihaknya berharap para petani yang tergabung dalam program ini bisa menjadi pionir perubahan pola tanam di desa.
“Kami harap mereka bisa menjadi contoh bagi petani lainnya agar bisa melaksanakan kegiatan dari program Oplah dengan pola tanam tiga kali panen,” ujar Yusuf belum lama ini.
Ia menyebut, keterlibatan aktif para petani sangat menentukan keberhasilan program Oplah. Karena itu, selain pendampingan, pemerintah desa juga membuka ruang dialog rutin untuk menampung keluhan serta memberikan solusi di lapangan.
“Kami ingin mereka tidak hanya sekadar menjalankan program, tapi juga mengerti manfaat jangka panjangnya bagi desa,” tambah Yusuf.
Upaya ini sejalan dengan misi jangka panjang desa dalam membangun ketahanan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Terlebih di tengah ancaman perubahan iklim yang kian sulit diprediksi, pola tanam yang adaptif menjadi pilihan strategis yang tidak bisa ditunda.
Melalui pendekatan gotong royong dan pendampingan berkelanjutan, Pemdes Rapak Lambur optimistis produktivitas hasil pertanian bisa meningkat secara signifikan. Selain itu, dampaknya juga diharapkan langsung dirasakan oleh para petani dalam bentuk peningkatan pendapatan dan taraf hidup yang lebih baik.
“Program Oplah ini tidak hanya menyasar penguatan teknis pertanian, tetapi juga mendorong perubahan pola pikir petani agar lebih terbuka terhadap inovasi dan kolaborasi antar-kelompok tani. Pemerintah desa juga berencana menggandeng instansi terkait untuk memperkuat dukungan dari sisi bibit unggul, pupuk, hingga akses pasar hasil panen,” tutupnya.
Dengan sinergi semua pihak, Desa Rapak Lambur berharap bisa menjadi model desa mandiri pangan di Kutai Kartanegara dan mendorong wilayah lainnya untuk melakukan hal serupa. (adv/r1)