UTAMA  

Program PINTAR Tanoto Foundation Butuh Waktu Menjamah SMA/SMK di Kaltim

tanoto foundation
Tanoto Faoundation saat meluncurkan buklet Pijar Pembelajaran di Unmul, Kamis (17/11/2022). (bayong)

Samarinda, reviewsatu.com – Organisasi filantropi Tanoto Foundation belum bisa merekrut fasilitator guru atau tenaga pendidikan jenjang SMA/sederajat melalui program PINTAR mereka. Dinas pendidikan dan kebudayaan (Disdikbud) Kaltim pun memberikan kritkan untuk Tanoto Foundation.

Kehadiran Tanoto di Kaltim pun punya tujuan tersendiri. Yaitu merekrut guru dan lembaga pendidikan yang dianggap berdedikasi memajukan daerah. Ada 20 local champion atau fasilitator di daerah yang dibina. Mereka berasal dari Paser, Kukar, Bontang dan Balikpapan. Sayangnya kebanyakan dari mereka hanya dari jenjang SD hingga SMP. Hal itu pun menjadi auto kritik dari Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan Kaltim M Arif Kurniawan.

“Mudah-mudahan ada yang bisa dikerjasamakan untuk SMA/SMK. Namun Pemprov tetap mengapresiasi, mudahan-mudaan ada yang bisa dilakukan secara bersama ke depannya,” ucap Arif, Kamis (17/11/2022).

Ia mencontohkan keberadaan PT Buma di Berau. Perusahaan kontraktor batu bara ini punya kontribusi memajukan SMK Negeri 6 dan SMK Muhammadiyah di Bumi Batiwakal.

“Itu di daerah pinggiran, mereka bisa membawa anak-anak kota untuk sekolah di situ dengan semua kegiatannya, mulai dari laboratorium dan lainnya,” imbuh Kurniawan.

Baca Juga  Tahun Ini Pemkab Kutim Fokus Perbaikan Jalan Daerah, Siapkan Anggaran Rp 50 Miliar

Kendati demikian, Arif tetap mengapresiasi upaya dari Tanoto Foundation untuk tetap peduli dengan dunia pendidikan di Bumi Etam. Hal itu dianggap berguna, khususnya dalam memajukan SDM untuk mendukung keberadaan IKN.

Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation Margaretha Ari Widowati angkat bicara. Tampil dengan setelan batik coklatnya, ia sampaikan alasan kenapa belum menjamah jenjang SMA/SMK dalam program PINTAR mereka. Margaretha utarakan organisasi ini butuh waktu untuk menjalankan itu. Program pembinaan ini memang diawali dari jenjang SD pada 2010. Lalu 2017 mulai merambah ke SMP. Kemudian perlahan mulai masuk ke dunia madrasah.

“Bukan enggak mungkin kami akan merambah ke SMA/SMK, tapi yang ini (SD-SMP,red) di beresin dulu. Kami ingin fokus yang lebih mendalam dan berdampak,” jelasnya.

Dia menambahkan Tanoto masih ingin belajar dulu. Seperti output yang hendak dicapai dari pendidikan jenjang SMA/SMK tersebut. Terlebih lagi dengan adanya kurikulum merdeka yang dicanangkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dimana penerapannya akan berlaku mulai 2024.

Baca Juga  Status Jalan Teratai Loa Buah Masih Simpang Siur

“Jadi ya satu per satu,” imbuh Margaretha.

Dalam merekrut calon fasilitator, Tanoto pun cukup selektif. Pihak panita berkoordinasi dengan pemerintah setempat. Mencari calon bibit unggul yang disodorkan pemerintah. Lalu calon yang masuk kriteria akan dipanggil dan mengikuti sejumlah tes.

Misal si calon harus punya kemampuan dan kemauan untuk jadi pemimpin perubahan. Lalu ada presentasi juga di hadapan panitia. Sebab ada beberapa guru dan tenaga pendidikan yang pandai, namun tidak cakap berkomunikasi.

“Ada seleksi ilmu, seleksi kemampuan bicara. Bagaimana mereka mau menyampaikan ilmunya  kalau kemampuan berkomunikasinya juga tidak bagus.”

Tanoto juga memberikan pelatihan dan pendampingan. Mulai dari membentuk komunitas kepala sekolah hingga guru. Bahkan para kepala sekolah dan guru juga membentuk komunitas virtua antar daerah. Tujuannya agar bisa saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam memajukan pendidikan di masing-masing daerah. (boy)