Wisata Sawah Sudut Pandang, Tempat Cuci Mata Baru di Samarinda, Pemandangannya Bikin Aduhai

Wisata
Tempat wisata Sawah Sudut Pandang menjadi destinasi baru di Samarinda. (yerico)

Samarinda, reviewsatu.com – Kota Tepian kini punya tempat wisata baru. Tempat wisata Sawah Sudut Pandang namanya. Baru dua pekan dibuka, tempat wisata ini sudah menyedot hampir 500 orang pengunjung.

Lokasinya berada di Jalan Giri Rejo, Lempake, Kecamatan Samarinda Utara. Jumlah pengunjung pun sewaktu-waktu bisa berbeda. Utamanya pada weekdays dan weekend. Hal itu diutarakan Ari Dirga, Pengelola Wisata Sawah Sudut Pandang.

“Bedanya sangat signifikan antara Senin sampai Jumat itu, sama Sabtu-Minggu itu signifikan sekali, jadi menumpuknya itu pada saat yang bersamaan, antara jam 4 sampai jam 6, kalau sebelum jam ini tidak terlalu banyak pengunjung,” ungkapnya saat ditemui belum lama ini.

Ia menambahkan, antusiasme masyarakat yang tinggi khususnya remaja turut berperan. Biasanya mereka ingin melihat view sunset. Pengunjung biasanya membawa kamera sendiri, bahkan menerbangkan drone. Bisa tiga sampai empat drone yang mengudara, membuat tempat yang di desain untuk kapasitas 100 sampai 150 orang ini semakin ramai.

Fasilitas Spot Foto Wisata Sawah Sudut Pandang

Tempat wisata ini awalnya belum siap beroperasi. Namun kedatangan orang untuk berburu pemandangan kamera yang bagus, maka tempat ini akhirnya dibuka.
“Pada dasarnya, tempat ini masih 50 persen dari plan saya, sebenarnya kami sementara berprogress buat tempat ini tapi ibu-ibu dan warga dari kota datang,” imbuhnya.

Akses dan infrastrukturnya pun semula berupa cor-coran yang masih basah. Tapi sudah terlanjur rusak karena terinjak. Pun demikian dengan tanaman. Karena sudah banyak yang berdatangan, akhirnya tempat ini dibuka saja.

Tempat wisata ini tidak dikerjakan sendiri, tapi merupakan bentuk kerjasama antara Ari dengan masyarakat sekitar, khususnya para kelompok petani. Tujuannya untuk bisa meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Lahannya tetap milik petani. Sementara kuliner, parkir hingga keamaman dikelola oleh warga sekitar. Lahan yang merupakan bagian dari wisata sawah, disewa oleh Ari. Ia wajib membayarnya setiap satu bulan.
“Soal petani, sistem sewa lahan diberlakukan dalam menjalankan bisnis ini, namun juga dengan catatan hasil panen tetap mereka yang ambil,” katanya.
Bahkan sebagian keuntungan itu diputar lagi untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Seperti membeli pupuk dan lainnya. Warga sekitar juga terbantu pendapatannya dengan adanya lahan parkir.

Dalam menjalankan sektor kuliner di wisata tersebut, Ari membutuhkan bantuan masukkan dari ibu-ibu sekitar. Para ibu tersebut diajak berdiskusi hendak menjajakan apa. Ari pun keluar dana untuk memodali para ibu-ibu. Termasuk pula ide kulinernya. Meski begitu Ari tidak hendak memonopoli semuanya.
“Sebenarnya saya bisa handle (tangani,red), cuma kalau seandainya saya handle sendiri, saya monopoli sendiri, masyarakat nanti tidak terlibatkan,” ucapnya.

Ari menambahkan pula sebenarnya banyak yang meminta untuk memasang tenan namun tidak bisa. Sebab harus mendapatkan kesepakatan dengan masyarakat. Tapi jika ingin menitip dagangan masih diperkenankan.

Demi menjaga kebersihan dari lokasi wisata, Ari memutuskan untuk tidak membuka lokasi tersebut dari pagi hari melainkan di siang hari. Bahkan, ada waktu dimana beberapa bulan sekali dalam jangka waktu beberapa minggu, wisata sawah sudut pandang libur total. Tujuannya supaya bisa melakukan perawatan. Contohnya seperti sekarang dimana saat ini terjadi musim kemarau.
“Kebersihan kita jaga juga, supaya petani punya waktu buat perawatan tanaman mereka di pagi hari kan, kayak pemberian pupuk, terus kalau orang Jawa bahasanya “Matun” itu yang nyabutin tanaman liar,” jelas Ari.
“Wilayah wisata akan diperluas beberapa petak, sekitar 2 petak dan 1 petak dari sisi yang berbeda, kita lanjutkan lagi tapi menunggu panen dulu, jadi tidak mengganggu lahannya petani, kita tetap jaga kearifan lokal,” pungkasnya.

Suparno salah satu petani padi di lokasi mengatakan ia tetap mendapatkan hak dari hasil panen.
“Kalau masalah ini, tanam padi tuh, bilangnya disuruh tanam, diambil sendiri hasilnya, dia (Ari,red) tidak minta apa-apa,” kata Suparno.

Keuntungan dari petani tidak hanya didapatkan dari uang sewa yang dibayar setiap bulan oleh Ari. Tetapi juga didapatkan dari masyarakat yang nekat menerobos di pagi hari.
“Kalau perawatan, rumput ya disemprot, hamanya ya disemprot kalau ada, karena ini kan kemarin cuaca panas, tidak ada air,” imbuh Suparno.

Ramadhan, salah satu pengunjung mengaku menyukai desain dari tempat wisata tersebut. Karena selain memiliki beberapa fasilitas untuk berswafoto, pemandangan juga lebih luas ketika berdiri di atas tanjakkan.
“Ya saya senang karena ada beberapa fasilitas untuk mengambil foto seperti miniatur motor, tenda kecil, juga pendopo dengan topi khas petani, jadi vibesnya kita seperti petani juga. Ditambah lagi dengan pemanfaatan bagian lahan yang tinggi, semakin jelas terlihat dari atas,” ujarnya.

Reporter: Manalu Yerico Calvin