Samarinda, reviewsatu.com – Untuk kesekian kalinya Gubernur Kaltim Isran Noor melakukan kunjungan kerja ke luar negeri. Teranyar, orang nomor satu di kaltim itu akan mengunjungi tiga negara di benua Amerika.
Sebelumnya sudah dua negara ia lawat bersama sejumlah rombongan. Pertama, ke Seychelles musim panas 2019 lalu. Isran bertandang bersama ketua DPRD Kaltim saat itu M Syahrun dan Anggota Tim Percepatan Pembangunan Kaltim Meiliana.
Misi kunjungan ketika itu adalah menggandeng kerja sama di bidang pariwisata bahari khususnya di kepulauan Maratua. Hasil dari lawatan itu pemerintah negara Seychelles disebut-sebut telah menjalin komunikasi dengan Pemkab Berau. Pandemi COVID-19 melanda, lawatan ke luar negeri pun ditunda selama beberapa tahun.
November 2022, pasca pandemi, Isran kembali melakukan kunjungan ke luar negeri. Kali ini Mesir menjadi tujuan. Bersama Bupati Kutim Ardiansyah Sulaiman, ia menjadi delegasi Indonesia untuk menghadiri konferensi perubahan iklim.
Yakni Climate Change Conference (COP27) di Sharm el Sheikh, Kairo, Mesir. Dalam forum tersebut, mantan bupati Kutim itu menjadi pembicara untuk menyampaikan sejumlah hal yang dilakukan Pemprov Kaltim untuk mengurangi emisi karbon.
Belum genap satu tahun, kali ini Isran kembali menjadwalkan kunjungan ke luar negeri. Tak tanggung-tanggung. Tiga negara sekaligus. Di antaranya Brazil pada 2-7 Mei, Amerika Serikat 8-9 Mei dan Mexico 11-12 Mei. Ia menjelaskan kunjungan ke negara kelahiran pesepakboa Ronaldo itu untuk mempelajari tahapan usulan dan program pengelolaan dana emisi karbon secara mandiri.
“Di sana itu salah satu penghasil karbon, karena juga memiliki kawasan hutan tropis, sama juga dengan kita di Kaltim,” kata Isran belum lama ini.
Setelah itu dilanjutkan ke AS mengunjungi World Bank. Agenda ke negeri Paman Sam itu dalam rangka membahas ratifikasi kesepakatan dalam jual beli karbon. Menurutnya World Bank memiliki sejumlah data yang dibutuhkan untuk Kaltim. Lalu pada 11-12 Mei lanjut ke Yucatan, salah satu negara bagian di Mexico. Yucatan masuk dalam agenda karena sama-sama memiliki komitmen dalam hal kompensasi bagi negara-negara yang melaksanakan penurunan emisi karbon yang sukses.
“Selama 10 tahun ke depan mereka mempersiapkan dana 10 million pound sterling dan rata-rata setahunnya mengeluarkan dana 3 milion pound sterling. Ini yang mau saya kejar,” tegasnya.
Perkiraan dari pakar ahli karbon, lanjut Isran Noor, Kaltim baru dinilai 30 juta ton karbondioksida equivalent (CO2eq) sampai tahun 2021. Artinya tahun 2022, 2023 dan 2024 bisa mencapai lebih kurang 100 juta ton karbondioksida equivalent. Sementara itu, harga pasar bukan 5 US Dollar per tonnya, tetapi diatas 10 US Dollar.
“Jadi, kalau harganya 100 juta metriks ton dan dikalikan 10 atau kira-kira 1 million US Dollar dan 1 million US Dollar dikalikan Rp15 ribu berarti Rp15 triliun,” tambahnya.
Uang itu diyakini Isran akan menjadi amunisi untuk menambah pemasukan bagi daerah.