Samarinda, reviewsatu.com – Seorang pelajar putri di salah satu SMK diduga dipaksa menanggalkan jilbab, saat hendak praktek sekolah ganda (PSG), di salah satu hotel berbintang di Samarinda.
Orang tua pelajar tidak terima. Mereka pun menghubungi Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRCPPA) Kaltim Rina Zainun.
“Jadi awalnya sang anak mengadu karena dia sakit jadi ditempatkan di hotel tersebut yang ternyata dia harus membuka jilbab karena di sana sudah SOP internasional,” ungkapnya.
Diceritakan Rina, guru SMK bersangkutan berkirim pesan melalui media sosial dengan orang tua murid. Guru tersebut menegaskan bahwa untuk melakukan PSG di hotel harus membuka jilbab.
Orang tua siswi kaget. Mereka meminta agar sekolah mencarikan hotel secara mandiri. Supaya anaknya tetap bisa melakukan PSG tanpa melepas jilbab. Namun guru tersebut menepis. PSG hanya dapat dilakukan di hotel yang sudah memiliki Memorandum of Understanding (MoU) dengan pihak sekolah.
Orang tua sang anak pun berang. Mereka lebih memilih anak mereka tidak bisa ikut ujian daripada harus melepas jilbab. Rina, sebagai tim dari perlindungan anak mengaku kecewa atas perlakuan dari pihak hotel tersebut.
“Kami tidak mengganggu SOP yang digunakan oleh pihak hotel, artinya mereka punya kuasa tersendiri untuk itu. Tapi setidaknya memberikan kelonggaran bagi para pelajar yang ingin melakukan pemagangan,” ungkapnya.
Dalam program magang tersebut, anak yang berjilbab dapat diberikan sebuah name tag. Agar tamu dapat mengetahui bahwa mereka adalah murid yang sedang melakukan PSG. Perempuan yang mengenakan jilbab hitam itu pun menambahkan, kejadian ini tentunya mencoreng nama baik dunia pendidikan. Dia mengatakan dengan adanya hal ini membuat sebuah dilema bagi anak tersebut. Antara tidak membuka jilbab tapi tidak bisa mengikuti PSG atau membuka jilbab tapi tidak dibolehkan oleh orang tua.
“Ini kan kasihan anaknya akhirnya menjadi menangis, psikisnya terganggu,” kesal Rina.
Rina juga mengimbau kepada pihak sekolah agar di awal pendaftaran, orang tua harus mendapat penjelasan soal ini. Sehingga tidak lagi terjadi kesalahpahaman. Dia pun meminta kepada pihak industri agar lebih bijak dalam menghadapi anak-anak yang ingin menimba ilmu.
“Intinya kami mohon pada dunia industri untuk bisa melonggarkan aturan tersebut khusus pada siswi yang magang,” harap Rina.
Dia tidak berkomentar banyak terkait aturan yang diterapkan oleh pihak hotel. Namun dirinya meminta agar diberikan keringanan. Supaya para peserta didik ini mendapatkan keahlian yang berkompetensi.
Saat berita ini ditulis, Rina mengatakan pihak sekolah sudah mencarikan hotel bagi anak tersebut tanpa harus membuka jilbabnya. Dia sendiri akan segera melakukan rapat dengan pemerintah dan Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kaltim serta pihak hotel dalam waktu dekat. (dey)