Samarinda, reviewsatu.com – Pertumbuhan Ekonomi Kaltim sepanjang 2022 tercatat tumbuh positif. Meski pun untuk regional Kalimantan, pertumbuhan ekonomi Kaltim justru paling uncit.
Dari data yang diimpun, pertumbuhan ekonomi Kaltim selama empat triwulan angkanya selalu naik. Yakni Triwulan I: 1,92 persen (yoy), Triwulan II : 3,03 persen (yoy), Triwulan III: 5,28 persen (yoy) dan Triwulan IV: 6,47 persen (yoy).
Adapun pertumbuhan ekonomi di regional Kalimantan, Kalteng menempati posisi teratas dengan 6,45 persen. Disusul Kaltara sebesar 5,34 persen, Kalsel 5,11 persen dan Kalbar 5,07 persen. Kaltim sendiri, sepanjang periode 2022, pertumbuhan ekonominya cuma 4,48 persen.
Akademisi Fekon Unmul Haerul Anwar mengatakan pertumbuhan positif tersebut tetap harus disyukuri. Meski pun landai. Dibandingkan saat pandemi lalu, katanya saat ini justru lebih bagus. Terkait pertumbuhan yang lambat se-Kalimantan, menurutnya hal itu wajar.
“Memang lambat dan rendah, tapi size, ukuran kebutuhan Kaltim ini besar. Itu yang membuat pertumbuhan kita lebih lambat,” katanya saat dikonfirmasi melalui seluler, Minggu (13/2/2023).
Dia menganalogikan dengan Singapura dan Indonesia di Asia Tenggara. Katanya pendapatan domestik regional bruto (PDRB) Singapura masih kalah dengan Indonesia. Tapi pertumbuhannya terbilang cepat. Karena ukuran untuk kebutuhan di Singapura terbilang kecil dengan jumlah penduduknya yang sedikit. Berbeda dengan Indonesia yang kebutuhan konsumsi dan lainnya jauh lebih besar.
Baca juga: Meski Lambat, Ekonomi Kaltim Tetap Tumbuh Positif
“Analogi lainnya orang gendut dan kurus. Orang gendut kebutuhannya banyak, sementara orang kurus sedikit. Tapi kalau disuruh lari, orang gendut pasti kalah,” katanya membandingkan.
Sehingga tidak salah pula kalau struktur ekonomi Kaltim terbilang lebih tinggi di Kalimantan. Dari data BI Kaltim, kontribusi Bumi Etam justru paling besar yakni 52,14 persen. Disusul Kalbar sebesar 14,48 persen, Kalsel sebesar 14,22 persen, Kalteng sebesar 11,32 persen dan Kaltara sebesar 7,85 persen.
Meski begitu Codi juga berharap pemprov Kaltim bisa menaikkan angka pertumbuhan ekonomi tersebut. Setidaknya 5 bahkan 6 persen untuk periode 2023.
“Semua bahan baku di Kaltim ini ada. Ingredient nya lengkap. Tinggal gimana maintenance nya saja.”
Masukkan lain adalah pemerataan. Secara makro mungkin pertumbuhan positif tersebut terdengar manis. Tapi realisasinya belum tentu. Pemerintah dan stakeholder terkait jangan terlampau tergiur dengan manisnya angka-angka makro tersebut.
“Tapi harus jadi pembangkit di sektor rill, menyentuh semua lapisan masyarakat. Sehingga PDRB ini bersifat inklusif, tidak eksklusif hanya untuk yang punya akses ke atas saja,” pesan dosen Fekon itu. (boy)