Samarinda, reviewsatu.com – Tidak ada niat terjun ke dunia politik. Bahkan dulunya ia terbilang anti. Tapi sebuah sumpah membelenggunya. Sekarang, ia memakan buah sumpahnya itu.
Namanya adalah Muhammad Samsun. Wakil Ketua DPRD Kaltim dari Fraksi PDI Perjuangan. Putra perantauan dari Jawa Timur, 1983 silam. Saat pertama menginjakkan kaki di tanah Kaltim, ia lebih dulu tinggal di daerah trans di kawasan Samboja, Kukar. Di sini Samsun menempuh pendidikan hingga SMP. Saat SMA ia sekolah di Balikpapan. Di sinilah pikirannya perlahan mulai terbuka. Samsun yang Cuma anak desa pun dibuat kaget dengan suasana kota pada masa itu.
“Saya pikir orang hebat itu kalau sudah bisa pakai baju parlente, tampilan mewah, punya rumah besar. Di desa sangat jarang sekali punya rumah besar, tapi di kota itu bukan hal yang istimewa,” katanya.
Setelah ia memahami rata-rata orang yang berpenghasilan ke atas tersebut memiliki pendidikan tinggi. Berbekal dari situ mulai terbesit keinginan melanjutkan pendidikan setelah lulus SMA. Awalnya, sebagai anak desa, ia tidak pernah membayangkan akan kuliah.
“Tapi karena sering interaksi di kota bahwa kalau ingin kehidupan lebih baik, ya pendidikan harus lebih baik.”
Ia utarakan keinginan untuk kuliah. Sayang kedua orang tuanya menolak. Maklum, orang tuanya hanya lulusan kelas II SD. Sehingga baginya menempuh pendidikan sampai SMA saja sudah cukup tinggi. Tapi Samsun tak putus asa. Diam-diam pergi ke Samarinda. Izinnya ke orang tua karena bekerja. Dengan kata lain ia berbohon kepada kedua orang tuanya saat hendak menginjakkan kaki di Kota Tepian. Kala itu pilihannya tertuju berkuliah di Fakultas Ekonomi (Fekon) Unmul. Dimulailah petualangan akademi Samsun.
Selama mengenakan almamater kampus, ia banyak terlibat dalam kegiatan mahasiswa. Seperti resimen, UKM pramuka hingga puncaknya menjadi ketua senat Fekon Unmul. Yang dipilih secara langsung oleh mahasiswa. Katanya, pemilhan senat secara langsung tersebut adalah yang pertama terjadi di masanya.
“Bangga juga, anak desa terpilih sebagai ketua senat,” kenang Samsun.
Nilai idealisme sebagai mahasiswa sudah tertanam saat itu. Partai politik tidak diperbolehkan masuk ke lingkungan kampus. Semua aktivis pada masa itu menolak.
“Karena kami dulu mau bergerak sebagai akademis muda, jadi kami tidak mau terkotori intrik-intrik politk.”
Tak ada yang berubah dalam hidupnya saat itu. Lulus, ia bekerja dan kemudian nikah. Tidak pernah terbesit di benaknya untuk terjun ke dunia politik. Sampai suatu ketika ada seseorang yang menawarkannya bergabung ke dunia politik. Sudah jelas jawabannya. Ditolak. Ia cuma ingin mengurus hidup dan rumah tangganya. Tidak cukup sampai di situ. Seorang kawannya, yang sama-sama terjun di dunia politik akhirnya berpesan.
“Untuk berbuat baik tidak harus punya kelebihan, untuk bantu masyarakat tidak harus mapan dulu. Kita bisa kerjakan dua-duanya,” katanya menirukan.
Pria yang juga dikenal menyukai olahraga trail ini menyebut 2010 merupakan tahun-tahun ia terjebak. Waktu itu ia diundang ke sebuah kegiatan parpol. Tidak tahu samsun parpol apa yang dimaksud. Setelah tiba barulah ia sadar. Itu adalah konferensi daerah (Konferda) PDIP Kaltim di Balikpapan.
“Kebetulan saya domisili di Balikpapan. Kawan saya ajak dengan dalih masuk struktur panitia, ya saya terima saja. (Di situ,red) saya dipertemukan dengan presiden RI ke-5 Ibu Megawati, Mba Puan, Pramono Anung dan petinggi PDIP pusat.”
Klimaksnya, ada 20 orang yang dipilih untuk diambil sumpah bersedia mengabdi di PDIP. 19 orang lainnya sudah ditanya kesediannya. Mereka bersedia. Mau tidak mau, Samsun pun terpaksa bersedia juga mengucapkan sumpah untuk mengabdi di PDIP.
“Saya tanya ke teman saya, kenapa tidak bilang kalau ada pengambilan sumpah. Teman saya itu bilang, Bang Samsun ini kalau sudah diambil sumpah tidak akan pernah ingkar. Itulah awal mula terlibat di parpol,” kata Samsun sambil tertawa.
Setelah terlanjur mengucap sumpah itu, Samsun tidak bisa tidur dengan tenag. Ia memutuskan istikharah selama tiga bulan. Memohon petunjuk pada Sang Khalik memberikannya pilhan terbaik di antara yang terburuk. Tiga bulan berlalu. Dirinya tak terasa semakin betah dan nyaman di partai. Di sini juga ia punya tantangan baru. Walhasil, ditinggalkanlah pekerjaannya. Ia fokus saja berpartai.
Samsun pun dilantik menjadi wakil ketua DPD Kaltim. Padahal dirinya tidak pernah terlibat di ranting partai sebelumnya.
“Itu yang akhirnya membuat saya harus banyak belajar. Saya ikuti pendidikan sehingga akhirnya dikenal sebagai juru kader PDIP Kaltim,” tutupnya seraya menyeringai. (boy)