Samarinda, reviewsatu.com – Satu dekade menjadi wakil rakyat, Marthinus memutuskan untuk pensiun dari dunia politik. Ia ingin mengabdikan diri di bidang lain. Tapi dirinya berjanji tidak akan berhenti menjadi kritis.
Pemilu 2024 akan menjadi penutup dalam perjalanan karir politik Marthinus. Ia tidak ingin lagi maju sebagai anggota dewan.
“2024 saya memutuskan untuk pensiun,” katanya.
Semula ia ingin maju sebagai calon senat di DPD RI. Tapi niatan itu ditunda lantaran adanya tokoh senior PDIP yang juga maju. Di antaranya Emir Moeis. Marthinus pun tidak ada hasrat lagi untuk maju di dapilnya Kubar-Mahulu. Di dapil itu ia mengantongi 6.550 suara dari PDIP. Ia mengaku akan maju kalau ada perintah lanjutan dari partai.
Namun dalam politik tidaklah hitam putih. Bisa saja abu-abu. Saat ini tergantung pada keputusan MK. Apakah menyetujui pemilihan dengan mekanisme proporsional tertutup atau terbuka. Kalau mengikuti proporsional tertutup, Marthinus percaya diri. Hanya memang akan ada peraturan yang berubah. Salah satunya peraturan KPU (PKPU).
“Yang disampaikan Yusril Ihza Mahendra masuk akal. Tantangannya pemilu kali ini berisiko besar. Kalau MK memutuskan untuk tertutup, kita bisa analisa, apakah negara ini akan chaos,” sebut pria yang juga anggota Komisi I DPRD Kaltim ini. Keputusan MK itu pun diperkirakan akan keluar 4 Mei mendatang.
Marthinus dikenal sebagai politisi yang cukup vokal. Bung Karno adalah inspirasinya dalam menyuarakan aspirasi rakyat. Ia mengagumi sosok presiden pertama RI itu sejak masih aktif di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) ketika masih kuliah.
“Saya termasuk yang ideali. Saya harus katakan itu benar walau pun pahit,” tegasnya.
Lalu ada Jokowi yang menjadi panutannya berpolitik. Satu lagi, seorang politisi muda dari Kalsel yang bernama Rifki. Ia adalah anggota DPR RI. Marthinus salut karena Rifki termasuk yang getol memerjuangkan nasib tenaga honorer. Dan panutan politik lainnya yang ia kagumi adalah Ismael Thomas. Bupati Kubar dua periode yang mengajaknya untuk terjun ke politik.
Pria kelahiran Bone ini termasuk yang vokal dalam memerjuangkan nasib tenaga honorer. Misalnya 208 tenaga honorer di Kubar yang kontraknya diputus oleh pemkab. Ia tidak sepakat. Pasalnya, ratusan tenaga honorer tersebut sudah bekerja bertahun-tahun mengabdi untuk negara. Sehingga opsi untuk mengangkat mereka menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) adalah keharusan.
“Tolong angkat kembali nasib 208 tenaga yang di-PHK secara sepihak. Mereka yang diberhentikan masih punya hak yang belum dibayarkan. BPKAD Mahulu harus segera membayarnya,” tegasnya.
Tidak cuma itu. Ia juga meminta Ombdusman RI perwakilan Kaltim bisa turun tangan membantu persoalan tersebut. Hal lainnya yang juga disorot adalah membongkar 21 IUP palsu yang beredar di Kaltim. Bahkan ada sejumlah IUP yang sudah beroperasi.
“Nah, siapa aktor yang beroperasi di belakangnya,” singgung politisi PDIP ini. Ia pun meminta pemprov Kaltim, khususnya gubernur, untuk turun tangan menindaklanjutinya. Polisi, polda hingga pemerintah harus bisa membasmi para pelaku tambang ilegal tersebut. “Basmi pelakor, pelaku tambang koridor. Lalu buat kajian ulang, izin pertambangan rakyat dimana IUP bisa dikelola oleh koperasi,” sarannya.
Yang juga menjadi sorotannya adalah kesiapan menghadapi IKN. Peningkatan SDM adalah harga mati, apapun profesinya. Menurut Marthinus, 5-10 tahun mendatang tenaga kerja manusia akan digantikan oleh mesin.
“Kerja kita nanti akan digantikan oleh robot, oleh mesin, sehingga musuh kita, persaingan kita nanti bukan antar sesama manusia, tapi dengan mesin,” tutupnya. (boy)