Baharuddin Demmu: “Saya Tidak Pernah Lakukan Politik Uang”

politik
Baharuddin Demmu (kanan).

Samarinda, reviewsatu.com – Terpilih sebagai anggota dewan dengan modal paling kecil tidaklah mustahil. Apalagi tanpa menggunakan praktik politik uang atau money politic. Begitulah cara Baharuddin Demmu melenggang menjadi anggota dewan.

Sebelum menduduki Karang Paci (DPRD Kaltim,red), Bahar sebelumnya pernah menjadi anggota DPRD Kukar. Itu pada periode 2011-2014 silam. Sebelumnya ia menjabat sebagai kepala desa di Marangkayu, Kukar. Bahar katakan kepada warganya di Marangkayu bahwa dirinya ingin maju sebagai anggota DPRD Kukar. Sekitar 80 persen dari mereka bilang setuju. Sisanya tidak.  

“Dengan modal Rp 25 juta terpilih. Yang buat saya bangga, saya punya suara terbanyak tapi dengan modal minim,” ucapnya saat menjadi narasumbe podcast di Rumah Disway.  

Murah. Itulah yang menjadi prinsip Bahar dalam berpolitik. Berpolitik itu harus murah. Dengan begitu praktik money politic bisa diminamilisasi. Cara yang ia lakukan adalah dengan benar-benar merebut hati calon konstituen.

“Duduk bareng rakyat, tidak bagi-bagi duit, lalu terpilih di DPRD Kukar 2011-2014.”

Satu periode di DPRD Kukar, Bahar mendapat mandat untuk maju di provoinsi. Ia terima. Di sini menariknya. Hampir semua anggota DPRD Kukar dari PAN tidak ada yang mau maju ke tingkat provinsi. Mereka lebih memilih kembali maju di Kukar dari dapil masing-masing. Malahan mereka katakan bahwa Bahar akan kalah. Sebab untuk maju ke DPRD provinsi tidaklah mudah.  

“Saya bilang kalah itu urusan rakyat dan Allah. Saya maju karena itu perintah partai,” tegasnya.  

Saat memilih maju ke DPRD provinsi ia menanamkan tiga hal dalam dirinya. Berpolitik itu harus seimbang dalam hal tiga hal tersebut. Yakni rakyat, keluarga dan partai. Jika salah satunya tidak bisa terlayani dengan baik, maka tamatlah sudah. Dan lagi-lagi ia terpilih dengan modal paling kecil. Cuma Rp 150 juta.

“Saya belum pernah money politic, karena saya belajar bahwa politik itu harus murah. Sehingga rakyat enak, kita enak, tidak ada beban. Itulah yang melatarbelakangi kerja politik saya,” ucapnya bangga.

Bahar beranggapan pula bahwa menajabat sebagai anggota DPRD berarti menjadi perwakilan rakyat. Tidak ada yang membanggakan ketika menjadi wakil rakyat. Meski pun katanya ada juga para anggota legislatif yang lupa dengan rakyatnya ketika sudah menjabat. Satu lagi yang menarik. Hampir 90 persen Bahar mengenal semua konstituennya. Tidaklah salah. Sebab ia merupakan mantan kepala desa sehingga kesehariannya pasti bertemu dengan para warga. Dengan jumlah suara 9.254, Bahar akhirnya berhasil terpilih. Lantas, apa yang membuatnya masih percaya diri saat ini untuk tetap menjadi anggota dewan?

“Bagi saya kalau sudah bantu rakyat itu sudah puas. Rasa kepuasan itu sudah luar biasa. Itu yang membuat saya ber-DPRD apa adanya. Kalau bagus ya saya bilang bagus, kalau enggak ya enggak.”

Karena itu pula Bahar termasuk yang paling getol mengkritik pemerintah. Contohnya mengkritik APBD 2023. Ia katakan bahwa APBD Rp 12,1 triliun sudah disahkan di KUA PPAS dan harus diberitahu ke kementerian dalam negeri.

“Karena 13 tahun ber-DPRD baru kali ini terjadi. Kalau emang enggak bisa (masuk,red) ya sudah masukan ke kas daerah. Tapi setelah di evaluasi tidak ada hal yang harus diubah dari APBD,” sebut Ketua Komisi I DPRD Kaltim itu. (boy)