Tak Mau Wisata Biasa-Biasa Saja, Mesra Gandeng Unmul Kembangkan Aplikasi Palapa

Kegiatan launching aplikasi Palapa di Hotel Mesra International, Selasa (20/12/2022).

Samarinda, reviewsatu.com – Mengembangkan dan memasarkan pariwisata tetap harus mengikuti perkembangan zaman. Penggunaan aplikasi untuk memudahkan customer bisa menjadi pilihan.

Yusan Tri Ananda menggagas peluncuran aplikasi Palapa. Aplikasi yang berisi konten berupa tempat wisata yang anti mainstream. Kenapa demikian? Yusan tidak ingin jualan tempat wisata yang biasa-biasa saja. Seperti museum, titik nol IKN, dan sejenisnya. Menurutnya banyak potensi lain yang tidak pernah digarap oleh industri ini. Pertambangan, kehutanan bahkan pertanian semestinya bisa menjadi industri tersebut. Tempat-tempat tadi bisa disulap menjadi wadah ekowisata yang sesuai dengan kondisi Kaltim. Awalnya aplikasi Palapa ditujukan untuk keperluan komersil memasarkan Hotel Mesra International. Maklum, Yusan juga merupakan ownernya. Tapi setelah melalui banyak perenungan, aplikasi ini bisa dikembangkan lebih luas. Ia pun mengusulkan agar bisa berkolaborasi dengan Kedairek. Program pengembangan pariwisata gagasan Kemenparekraf yang bekerjasama dengan institusi perguruan tinggi. Dalam hal ini adalah Unmul.
“Unmul yang nanti mencari konten dan konteksnya. Jadi kampus bisa pikirkan paket wisatanya,” kata Yusan.

Contoh ide yang sudah berjalan adalah tur tambang di kawasan perusahaan MHU di Kukar. Nah, wisata harusnya seperti itu. Punya perspektif baru ucap Yusan. Tidak melulu museum, tempat bersejarah, titik nol dan sejenisnya yang justru membuat Kaltim akan ketinggalan dengan daerah lain. Termasuk pula rencana membuat desa warna-warni untuk menarik wisatawan.
“Sehingga secara isi kita bisa bersaing. Kalau masih baku, kuliner, banyak sekali. Tapi kalau secara spesifik ada, orang lebih enak memilih. Interesting nya tidak hanya jalan-jalan. Ada bidang pertanian, kehutanan. Artinya wisata itu kaya isi.”

Aplikasi ini sendiri sudah di launching Selasa (20/12/2022) lalu. Untuk dapat menginstal bisa di unduh melalui lama eduwisata-ikn.org.
“Itu baru mahasiswa yang isi, bayangkan kalau tambang kaya MHU bisa bantu isi. Mana mau traveloka bikin begini, terlalu banyak isi. Kontennya harus lebih detail,” pungkas Yusan.

Terpisah, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian memberikan masukkan. Katanya di Indonesia sudah terlalu banyak aplikasi. Namun karena Palapa ini berbasis tentang IKN, dia berharap aplikasi ini bisa aktif berikan informasi.
“Aplikasi itu juga harus bermanfaat. Karena ini sangat fokus dan unik. Tinggal nanti bagaimana kontennya itu yang menjadi tantangannya,” kata perempuan yang mengenakan hijab hijau ini.
“Kita juga perlu edukasi masyarakat untuk bantu isi konten. Tinggal bagaimana menjadi konten kreator yang lebih profesional,” sambungnya.

Dia juga menyebut ada sekitar 14.000 kunjungan wisatawan ke kawasan IKN. Termasuk pula ke daerah penyangga. Bahkan wisatawan asing tahun ini disebutnya mencapai 9.000 kunjungan.
“Kuncinya optimalkan kehadiran orang sebab mereka spending money juga dan pasti berdampak ke ekraf setempat,” tutup Politisi Golkar ini. (boy)