Samarinda, reviewsatu.com – Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kaltim memberikan masukan kepada pemprov. Ada tiga hal penting yang mesti dikerjakan kalau ingin selamat dari ketakutan ekonomi.
Deputi Kepala Perwakilan BI Kaltim Hendik Sudaryanto membeber ketiganya. Di antaranya hilirisasi produk. Saat ini Kaltim masih sangat tergantung pada sektor pertambangan sebagai penopang utama perekonomian. Kondisi ini dinilai rentan karena permintaan batu bara sewaktu-waktu bisa melandai. Terlebih jika banyaknya negara yang menerapkan green economy.
“Hilirisasi ini memiliki value added yang tinggi, sehingga bisa men-triger pertumbuhan ekonomi,” ucapnya. Solusi yang dapat dilakukan yaitu percepatan hilirisasi komoditas berbahan baku SDA.
Hal lain yang perlu dilakukan adalah mengembangkan sektor pariwisata. Pemprov perlu lebih masif menggerakan potensi di kepulauan Derawan dan Maratua di Berau. Alasannya karena BI telah memberikan bantuan penguatan SDM, kelembagaan dan UMKM pariwisata di kepulauan Derawan selama tiga tahun terakhir.
Kemudian yang terakhir adalah UMKM. BI bahkan juga sudah menggandeng pemerintah daerah untuk mengembangkan sektor ini. Di antaranya bekerjasama dengan Export center Surabaya dalam program Export Kaltimpreneurs 2022. Hasilnya 132 UMKM sudah dibina dengan menghasilkan transaksi sampai Rp 5,7 miliar. Lalu mengembangkan prorgam UMKM Go Digital.
“UMKM ini powerfull sekali. Di beberapa keajdian UMKM sangat tahan. Kami pun bekerjasama dengan stakeholder agar UMKM bisa naik kelas menjadi go global dan go digital. Ini akan menambah cadangan devisa di Indonesia,” jelas Hendik.
Kuncinya kada Hendik adalah inovasi. Hilirisasi hingga mneingkatkan potensi pariwisata merupakan beberapa di antaranya. Investasi harus digenjot. Ekspor jangan hanya andalkan batu bara. Masih ada produk non batu bara yang juga punya nilai tambah.
“Tiga hal ini yang harus dilakukan. Inovasi untuk untuk tingkatkan ekonomi secara bertahap karena ini pasti butuh waktu,” tutup Hendik yang mengenakan setelan batiknya itu.
Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi mengapresiasi masukan dari BI. Inovasi dan sinergi menjadi masukan penting. Hadi pun cukup optimistis menghadapi tantangan 2023 mendatang. Dari sisi keuangan, APBD Kaltim 2023 senilai Rp 17,2 triliun.
“Terbesar sepanjang sejarah,” sebutnya.
Belum lagi PAD sementara hingga 1 Desember 2022 alami surplus. Dimana target pendapatan Rp 12,4, realisasinya adalah Rp 13,1 triliun. Atau surplus Rp 771 miliar (106 persen).
Menghadapi tahun depan, pemprov juga masih optimistis. Ada potensi pemasukan dari dana bagi hasil (DBH) kelapa sawit hingga emisi karbon yang sudah cair 20 juta US Dollar. Ditambah dengan keberadaan Ibu Kota Negara (IKN). Geliat pembanguna pun dirasa Hadi mulai naik. Kendati demikian, pemprov tetap membutuhkan dukungan dari pemerintah pusat.
“Sudah saya sampaikan pada Bappenas bahwa pembangunan IKN harus sinergi dengan kota penyangga, khususnay PPU, Kukar, Balikpapan dan Samarinda,” tutup pria yang juga ketua DPD Gelora Kaltim ini. (boy)