UTAMA  

Pelayanan Publik Kelompok Disabilitas Belum Banyak Terpenuhi

disabilitas
Ketua PPDI Kaltim Ani Juwariyah (kiri), Jurnalis DetikCom Riani Rahayu (tengah) dan Musibah Sobary (kanan) dalam diskusi publik Media dan Perlindungan Terhadap Kelompok Minoritas, Senin (1/5/2023). (Yasinta/ReviewSatu)

Samarinda, reviewsatu.com – Kelompok disabilitas masih menjadi minoritas di negeri ini. Kesempatan untuk mendapatkan pelayanan publiknya pun masih terbilang sedikit.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kalimantan Timur Ani Juwariyah.

“Pada diskusi kali ini disabilitas masuk ke dalam kelompok minoritas, secara jumlah dan kesempatan mendapatkan pelayanan publik memang lebih sedikit,” ungkapnya usai menjadi narasumber pada Diskusi Publik yang diselenggarakan AJI Samarinda, Senin (1/5/2023).

Dia menyebut sebenarnya niat pemerintah sudah cukup baik dalam memberi kemudahan bagi mereka. Namun implementasinya sehari-hari masih terkendala. Bahkan hal ini pun sudah digaungkan pada misi pertama Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur.

Yaitu berdaulat dalam pembangunan sumber daya manusia yang berakhlak mulia dan berdaya saing, terutama perempuan, pemuda dan penyandang disabilitas.

Baca Juga  Begini Perubahan Alokasi Kursi Jika Berau Jadi Dapil Sendiri

Namun sekali lagi, menurut perempuan yang mengenakan jilbab oren pada sore ini, aplikasi dari misi tersebut masih terbilang sangat kecil. Meskipun hal tersebut sudah tertuang di dalam perangkat hukum dari undang-undang, peraturan pemerintah ataupun  peraturan menteri.

Selain payung hukum, Ani mengatakan, diperlukan sebuah sensitivitas yang dibangun oleh semua pihak agar kebutuhan kelompok tersebut dapat terpenuhi.

“Kita tidak akan menuju masyarakat inklusif kalau semuanya tidak bergerak termasuk media,” pungkas Ani.

Hadir pula pada kesempatan itu Jurnalis Detik.com Riani Rahayu. Wanita berkacamata tersebut kerap membahas hak penyandang disabilitas belum sepenuhnya diperhatikan.  Dia menyebut masih banyak rekan media yang belum mengetahui bahwa penyandang tersebut mempunyai komunitas sendiri. Seperti komunitas tuli bernama IKAT dan komunitas PPDI.

Baca Juga  Proyek Perbaikan Jalan Teratai Samarinda Akan Dilelang, Pagunya Rp 4,8 Miliar

“Banyak jurnalis belum tau disabilitas punya komunitas. Padahal disabilitas tidak berdiri sendiri,” ungkap Riani.

Ia pun mengulas beberapa tips bila wartawan ingin meliput penyandang disabilitas. Yaitu jika ingin wawancara dengan teman tuli, sapaan akrabnya, maka dapat langsung menghubungi teman tuli tersebut. Dengan mengangkat kemampuan yang dimilikinya. Kemudian dapat pula menghubungi Juru Bahasa Isyarat (JBI).

“Kalau lewat JBI nya bisa minta arahan apa yg mau ditanyakan,” tambah Riani.

Dan yang terakhir, ungkap Riani, belajar menggunakan bahasa isyarat dasar. Dia berharap rekan media dapat mengikuti cara tersebut.

“Supaya tidak ada lagi yang bicara ah susah banget mau wawancara disabilitas. Enggak, semua gampang hanya kita perlu pendekatan ke komunitas nya,” pungkas Riani. (dey/boy)