Harga Mati, UMKM Kaltim Harus Melek Digital

digital

Samarinda, reviewsatu.com – Pelaku UMKM harus melek digital dalam memasarkan dan menjual produk. Sayangnya masih sedikit yang menggunakan berbagai platform tersebut.

Secara nasional terdapat 64,7 juta pelaku UMKM di Indonesia. Namun baru sekitar 2 juta pelaku yang melek digital. Atau sadar untuk memasarkan produknya secara digital. Hal itu disampaikan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kaltim Hendik Sudaryanto.

“Digitaliasi UMKM ini menjadi salah satu fokus kami,” ucapnya melalui webinar Digital Kaltimpreneur, Senin (10/4/2023).

Hendik menjelaskan cara berjualan para pengusaha telah melalui pasang surut sejak pandemi melanda 2019 lalu. Adanya pandemi ternyata telah mengubah pola konsumsi konsumen. Dari yang semula offline menjadi online. Bahkan kata Hendik, trafik internet naik 20 persen selama pandemi.

“Penetrasinya capai 215 yang mengakses, artinya hampir 70 persen penduduk Indonesia menggunakan internet,” ulasnya.

Karena itu peluang ekonomi digital harus benar-benar dimanfaatkan. Pelaku UMKM harus punya kesadaran untuk itu. Bahkan, pemasaran secara digital ini sendiri juga berpotensi dalam meningkatkan ekspor dan impor produk.

“Makanya kami bikin program ini, tujuannya untuk mengkurasi UMKM mana yang akan diikutkan dalam pelatihan digital. Mudah-mudahan ini bisa mengubah cara pandang mereka, sehingga targetnya UMKM bisa naik kelas,” harap Hendik.

Ia juga katakan kontribusi UMKM bukan lagi isapan jempol. UMKM terbukti bisa menaian PDRB pasca pandemi. Bahkan secara nasional lagi, 94 persen UMKM bisa menyerap tenaga kerja baru.

Hal serupa juga disampaikan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian. Dia bahkan menyebut trend digitalisasi UMKM meningkat 10 persen setiap tahun. UMKM sendir berhubungan erat dengan sektor ekonomi kreatif (ekraf). Di Kaltim sendiri ada sub sektor unggulan dan potensial ekraf.

Subsektor ekraf unggulan Kaltim ada tiga. Di antaranya: kuliner, kriya dan wastra serta aplikasi. Sedangkan subsektor potensial ada tiga juga. Yakni: seni pertunjukkan, fotografi,videografi dan film, lalu musik.

“Dari segala aspek, UMKM di Kaltim ini cenderung meningkat,” sebutnya.

Dari data yang didapat, kontribusi UMKM untuk ekonomi Kaltim mencapai Rp 54 triliun pada 2021, dan Rp56 triliun di 2022. Untuk tahun ini ditargetkan mencapai Rp 76 triliun. Jumlah UMKM pun meningkat. Pada 2019 jumlahnya ada 307.343 pelaku. Angka ini naik menjadi 344.581 pelaku UMKM pada Mei 2022.

“UMKM juga menyerap tenaga kerja sekitar 18,6 persen dari penduduk produktif di Kaltim. Ini tentu sesuatu yang patut diapresiasi,” lugas Hetifah.

Meski begitu Hetifah juga menerangkan masih banyak tantangan yang akan dihadapi pelaku UMKM di Kaltim. Di antaranya cara pandang konsumen. Ya, masih adanya anggapan bahwa produk luar negeri lebih baik dari produk lokal dituding menjadi hambatan. Lalu kualitas SDM UMKM masih ada yang belum memenuhi standar. Utamanya yang pekerja informal.

“Kita saat ini butuh support untuk sertifikasi, karena itu penting, apalagi untuk memenuhi kebutuhan di IKN.”

Hal lain yang menjadi tantangan adalah belum maksimalnya pemasaran produk UMKM Kaltim. Ini dikarenakan masih banyak masyarakat yang belum tahu potensi produk dari UMKM Kaltim. Karena itu butuh dukungan untuk pemasaran dan mengembangkan produk tersebut. (boy)