Anak Muda Kreatif Penuh Potensi Perlu Dukungan Pemerintah

Acara Ngopi Sore diselenggarakan oleh Diskominfo Kaltim, Kamis (15/1/2023) (Yasinta/Reviewsatu)

Samarinda, reviewsatu.com – Anak muda di Kaltim banyak potensi namun kurang perhatian dari pemerintah. Hal itu disampaikan saat acara Ngopi Sore yang digelar Diskominfo Kaltim, Kamis (19/1/2023).

Di antara yang mengeluhkan hal itu adalah Ryan, pemegang komunitas e-Sport sejak 2017.

“Orang Samarinda banyak potensi namun kurang apresiasi dari pemerintah,” ungkapnya.

Ia mengaku sudah memegang komunitas e-sport dari 2017. Namun baru pada 2023 dilirik pemerintah. Yakni dengan diselenggarakan e-Sport tournament pada Bara’s Car Free Day Festival.

Padahal e-Sport sendiri sudah resmi diakui oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) sebagai cabang olahraga prestasi. Hal itu ditetapkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakornas) yang digelar secara virtual pada 25-27 Agustus 2020.

Di Samarinda sendiri, Ryan membeberkan untuk e-Sport mobile legend di Kalimantan Timur, potensi sebuah tim dari Samarinda belum terkalahkan. Tidak hanya itu. Delapan warga asli Samarinda kini telah menjadi permain di salah satu tim besar di Indonesia dengan kisaran gaji sampai Rp 12 juta.

Baca Juga  Diskop UKM Kukar Apresiasi Program Sehati 2022 dari Kemenag

“E-Sport dulu kesannya negatif yah. Untuk di tahun ini dan akan mendatang akan menjadi sebuah profesi,” terang Ryan.

Terakhir, ia berharap dengan diadakannya Bara’s Car Free Day Fest dapat menjadi kesempatan untuk warga Kota Tepian dalam memperlihatkan kemampuan mereka.

Hal serupa di sampaikan oleh Suko Wibowo. Pria yang bergelut di bidang seni ini pun menceritakan segala kisahnya selama ini mengenai carnival di Samarinda.

“Karnival di Samarinda sebenarnya perkembangannya sudah baik namun pembinaan dari pemerintah mandek,” ucapnya.

Suko pertama kali menginjakkan kaki ke Kaltim sekitar 2013. Saat itu ia pertama kali mengurus event karnaval di Tenggarong, Kukar.

“Di Tenggarong mendapat support dari Pemda,” ucapnya.

Lain hal dengan carnaval di Kota Jember. Ia menambahkan bahwa mereka menyusun karnaval secara mandiri namun mendapat support dari pihak luar seperti tempat, fasilitas, surat menyurat, birokrasi dan lain sebagainya.

Baca Juga  Kejar Akreditasi A, Dishub Kukar Kerja Sama dengan IKPBI

“Kalau di Samarinda, sementara masih ada beberapa bagian, yang kadang susah di situ,” terangnya yang saat itu mengenakan baju bewarna hitam tersebut.


Ia menambahkan padahal animo masyarakat terhadap karnaval lumayan besar namun sayang kurang mendapatkan   tangkapan dari pemerintah. Pria yang tergabung dalam organisasi MDFM ini juga menceritakan kiprahnya di bidang seni.

MDFM adalah komunitas yang menggabungkan empat profesi yaitu MUA, Desainer, Fotografer, dan Model. Komunitas ini menjadi wadah bagi orang-orang yang memiliki potensi namun tidak cukup mampu mewujudkannya. Organisasi non komersil ini, memiliki kegiatan sosial setiap bulan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

Acara pada hari itu dipandu oleh Sefty Wulandari dan turut dihadiri oleh Kiki Nurfida selaku Koordinator Model di MDFM. (dey/boy)