Kenapa Anak Muda Rentan Mengidap Penyakit Mental? Begini Penjelasan Psikolog

psikolog
Ilustrasi anak muda terkena penyakit mental. (istockphoto)

Samarinda, reviewsatu.com – Wahyu Nhira Utami, ahli psikolog, duduk di ruang praktiknya beberapa blok di RSUD AWS Samarinda. Di ruangan bertulis psikologi kilinis ini pasien biasanya datang berobat. Di sela-sela waktu mengunggu itu, Nhira bisa leluasa berbicara tentang kesehatan mental yang saat ini mulai disadari oleh sebagian besar masyarakat.

“Dulu tahun 2007 orang masih awam dengan istilah psikologi, sekarang orang-orang sudah mulai aware dengan kondisi di sekitarnya,” kata Nhira sapaanya.

Orang dengan sakit mental katanya harus dilihat dari empat aspek. Bisa jadi penyebabnya karena ada yang dominan di satu aspek ini. Yaitu biologi, sosial, psikologi dan spiritual. Secara biologi seorang psikiater akan melihat kondisi hormonal pasien. Sebagai contoh pasien dengan hormon oksitosin berlebih akan menjadikannya hyper aktif. Si pasien akan bersemangat berlebihan. Akibatnya pasien akan gegabah dalam bertindak dan tidak berfikir panjang. Kondisi hormon dalam tubuh, apapun itu namanya, haruslah seimbang.

“Terlalu senang enggak baik, terlalu sedih juga enggak baik,” katanya.

Baca Juga  Juliansyah Resmi Dikukuhkan Jadi Sekwan Definitif, Ini Harapan Legislatif

BACA JUGA: Waduh, Warga Kaltim Ternyata Rawan Depresi

Lalu kondisi psikologi atau kepribadian si pasien. Misalnya ada pasien yang memiliki kognitif tinggi tapi tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Ia merasa gagal dan akhirnya muncul masalah psikis. Kemudian faktor sosial. Salah satunya di era modern sekarang khususnya penggunana sosial media.

Banyak pengguna sosial media yang tidak siap untuk menghadapi hujatan atau cacian. Contoh lain yang pernah dia temui adalah perempuan korban kekerasan seksual oleh keluarga. Sebagian besar dari mereka enggan bercerita karena alasan menjaga nama baik keluarga. Jelas, kondisi itu membuat mereka semakin tertekan.

Wahyu Nhira Utami, Psikolog Klinis RSUD AWS. (cyn)

Terakhir adalah spiritual. Orang dengan spiritual bagus pun tidak menjamin dirinya bebas dari masalah mental. Umumnya mayoritas masyarakat menganggap spiritual adalah satu-satunya jalan keluar dari persoalan pribadi mereka. Padahal tidak juga. Kata Nhira bisa jadi karena ada tiga faktor tadi. Sebagai contoh ada pasiennya yang depresi namun ibadahnya juga rutin. Setelah ditelisik ternyata ada masalah hormon di tubuhnya dan si pasien harus rutin konsumsi obat.

Baca Juga  Jatam Minta KPK Turun Tangan Atasi Persoalan Pertambangan di Kaltim

Yang mengejutkan dalam kasus lebih ekstrem, Nhira pernah menerima pasien yang berniat bunuh diri. “Banyak. Menyakiti diri sendiri dengan berbagai cara yang saya tidak terpikir itu sebelumnya.”

Buruknya, sebagian besar dari pasiennya adalah anak muda. Ya, anak muda di era modern kini lebih rentan. Alasannya rata-rata dari mereka tidak berani bicara. Bahkan ada yang menjadi korban dari didikan keras di lingkungan keluarga. Saat hendak berkonsultasi ke psikolog justru dicerca oleh keluarga sendiri.

Kuncinya dalam menghadapi penyakit mental adalah berani bicara. Masyarakat juga tidak perlu khawatir bila ada keluarga mereka mendatangi psikolog untuk menangani persoalan mereka.

“Kamu enggak bisa terus menerus berusaha kuat hadapi semuanya sendirian. Ada satu momen kamu butuh bantuan, dan itu bukan suatu dosa, tapi itu suatu kebutuhan untuk diri kamu,” pesannya. (cyn)