Samarinda, reviewsatu.com – Merawat akal sehat kian sulit dilakukan, tak terkecuali para pemangku kebijakan. Salah bikin aturan, lingkungan dikesampingkan, rakyat jadi korban. Outfitnya hanyalah kaos hitam polos dan celana panjang warna army kecoklatan. Untuk kali kedua lelaki bernama Rocky Gerung itu bertandang ke Samarinda memberikan kuliah politik.
Seperti biasa. Kata-katanya yang provokatif membuat audiens enggan berdiri meninggalkan bangku duduk. Dua jam berbicara di Mahakam Lampion Garden (MLG), Rocky menyinggung banyak persoalan. Mula-mula ia menyentil sebuah tulisan dilarang buang sampah di pinggir sungai.
“Kenapa harus dilarang, bukankah yang lewat setiap hari di sungai ini adalah sampah,” ucapnya.
Ia bermaksud menyinggung keberadaan tongkang kapal batu bara yang biasanya melintasi sungai. Uniknya, Kamis (21/7/2022) sore itu tidak ada satu pun kapal tongkang batu bara yang melintas. Rocky pun sempat bertanya-tanya. Kenapa sungai mahakam justru sepi tongkang. “Mungkin karena Bung Rocky ada di Samarinda jadi tongkang enggak berani lewat,” sahut Syafrudin Pernyata yang juga menjadi pembicara.
Rocky berkata lagi. Seyogyanya Sungai Mahakam adalah sesuatu yang romantis. Dengan bahasa penuh semiotika dirinya menggambarkan sungai terlihat indah kala cahaya matahari memantul di atasnya. Para muda-mudi menghabiskan waktu dengan duduk di tepi sungai. Tapi semua estetika itu sirna. Hilang. Dirusak oleh tongkang batu bara yang melintas.
“Yang kita lihat adalah lalu lalang para perampok. Apa indahnya pacaran di pinggir sungai kalau yang dilihat adalah perampok,” katanya lagi. Saat asyik berbicara, mikropon yang dipegang Rocky mendadak amti. Lagi-lagi ia kembali berkelakar. “Tadi puan lewat,” sambungnya yang kemudian disambut tawa para audiens.
Pendiri Setara Institue ini juga balik menyindir pemerintah. Katanya pemerintah tidak memiliki kesadaran lingkungan atau environment ethic dalam menetapkan kebijakan. Pemindahan IKN di antaranya. Seharusnya yang dilakukan adalah membuat Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) dulu baru memindahkan ibu kota.
“Harusnya kuda di depan kereta untuk menarik bukan di belakang kereta. Amdal itu adalah kudanya. Ini yang selalu saya kritik.”
Gara-gara kritik kerasnya itu ia sampai disebut anti IKN. Padahal esensinya kata Rocky bukan itu. Ia hanya mengkritik kebijakan pemindahan IKN yang tiba-tiba ada tanpa dibuat dulu kajian akademisnya.
Lulusan Universitas Indonesia (UI) ini tambahkan sekitar 100 pesawat jet pribadi lalu lalang di atas lokasi IKN. Kehadirannya justru membuat ekosistem alam terganggu.
“Ini sebabkan burung jadi enggak bisa pacaran di hutan. Sebab dari awal kerusakan lingkungan pasti terjadi karena Amdal di tempatkan di belakang keputusan politik.”
Amdal itu sendiri katanya adalah hak masyarakat karena yang paling jelas merasakan manfaat dari sebuah pembangunan. Sehingga analisis akademik dalam sebuah kebijakan menjadi sangat penting. Green economic, atau ekonomi hijau tegasnya harus dituangkan dalam kebijakan publik.
“Kita harus menggedor kesadaran etik elit kita, bukan kesadaran politik. Kalau menggedor kesadaran politik saya tidak punya partai,” imbuhnya.
Terkait pilpres 2024 ia menyampaikan pandangannya. Terkhusus para figur yang mulau bermunculan mereka semua harus diuji pemahaman mengenai etika dan kesadaran lingkungan. “Paham enggak etika lingkungan. Elektabilitas anda tinggi tapi etika terhadap lingkungan rendah ya buat apa,” sindir Rocky menutup diskusi. (cyn)