Samarinda, reviewsatu.com – Batu bara Kaltim masih bisa dikembangkan untuk proses hilirisasi energi. Semua dilakukan demi merealisasikan adanya Energi Baru Terbarukan (EBT) di Bumi Etam.
Hal itu diutarakan Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kaltim Christianus Benny. Saat ini hilirisasi batu bara bukan lagi omongan belaka. Di antara rencana itu adalah membuat gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).
“Baru itu saja belum ada yang lain,” katanya belum lama ini. Ia mengklaim beberapa perusahaan pertambangan sudah berencana lakukan hilirisasi emas hitam tersebut. Di Kaltim PT KPC yang menyebut tertarik berinvetasi. Kemudian ada pula Ithaca Resources dan lain-lain. “Kalau yang mau hilirisasi ada grup KPC, Ithaca, Grup Banpu, Grup ITM,” sebut Benny.
DME sendiri merupakan hilirisasi yang memiliki banyak kegunaan. Seperti menjadi sumber energi pengganti Liquefied Petroleum Gas (LPG). Harapannya bisa mengurangi impor LPG dari luar. Namun untuk mencapai hilirisasi tersebut tidak semudah membalikan telapak tangan. Transformasi bisnis energy fosil menjadi EBT bukan perkara mudah. Meski pun stok bahan bakunya masih melimpah di Kaltim.
Ada beberapa hal yang sempat diajukan oleh Dinas ESDM. Yaitu perusahaan tambang membentuk beberapa konsorsium. Untuk membangun industri hilirisasi yang ramah lingkungan. Seperti synthetic gas, methanol, DME, petrokimia dan lainnya.
Salah satu hilirisasi yang juga bisa dikembangkan di Kaltim adalah Coal To Methanol (CTM). Yaitu pengolahan batu bara dengan kalori rendah menjadi cairan. Menurut Benny, batu bara di Kaltim lebih dominan yang kalori rendah dan sedang. “Kita ini kan kalori sedang dan rendah masih tinggi (produksinya,red),” tutupnya. (red)