Mas Fajrul

bayong
Baharunsyah.

Oleh: Baharunsyah*

Saya pengagum Mas Fajrul Falah. Atau kita lebih mengenalnya sebagai Fajrul fx. Di kanal youtubenya. Seorang youtuber dengan latar belakang sarjana fisika.

Kalau kita menonton siaran youtubenya, isinya memang tidak jauh-jau dari fisika. Tapi, ia mengemasnya dengan cara yang mudah. Misalnya ketika mengambil referensi dari film manga Jepang. Contohnya membahas teori terapan fisika lewat serial anime Jepang Detective Conan. Belum pernah ada youtuber nasional yang terpikir untuk melakukan itu. Membuktikan teori yang dipakai dalam manga di dunia nyata.

Contoh lainnya yang semakin membuat saya terkesima, ketika Mas Fajrul membantah teori air bisa menjadi alternatif pengganti bahan bakar. Yang dibawakan oleh Aryanto Misel melalui Nikuba. Sebuah alat yang diyakini bisa mengubah air menjadi tenaga pengganti BBM. Fajrul katakan itu mustahil. Dalam ilmu fisika.

Air cuma bisa menjadi medium. Tetap butuh pemantik tenaga melalui aki. Nah, ketika aki ini bercampur dengan air, justru akan menghasilkan energi yang lebih besar. Hukum sederhananya, makin besar energi, makin besar pula sumber daya yang dibutuhkan. Dan air tidak membuat energi itu menjadi lebih kecil. Malah sebaliknya. Lebih hemat? Tidak, malah jadi lebih boros. Itu katanya melalui teori fisika.

Tidak dibutuhkan informasi yang berbelit-belit untuk mengetahui semua alur dan sebab akibat dalam ilmu ini. Satu lagi yang membuat saya nge fans. Saya ini penikmat sains terutama yang berkaitan dengan alam semesta. Atau angkasa luar. Saya baru tahu kalau matahari kita tidak bisa menjadi sebuah supernova ketika dia kehabisan energi lalu meledak. Sebagai informasi, supernova itu adalah fenomena dimana sebuah bintang meledak dan menghasilkan perpaduan warna yang indah. Fenomena ini hanya bisa dilihat melalui teleskop.

Mas Fajrul bilang butuh masa yang lebih besar dari matahari kita saat ini untuk bisa menciptakan ledakan indah di alam semesta yang kita sebut supernova itu. Intinya butuh matahari yang lebih gede dari matahari kita saat ini baru boom. Supernova itu bisa terjadi. Dari mana informasi ini saya tahu? Dari channel nya mas Fajrul.

Pentingkah mengetahui hal yang seperti ini? Tentu tidak penting bagi orang yang terlampau kudung menikmati konten hiburan sebagai makanan harian mereka. Sebagai teman makan mereka di atas meja. Apa itu sains? Bikin ngantuk. Enggak menghibur. Enggak bikin kaya dan lainnya. Tapi menghibur atau tidaknya, tersampaikan pesannya atau tidak, tergantung dari si narator.

Dari sini saya tiba-tiba teringat dengan satu orang astrofisikawan. Yang membuat saya kagum dan suka dengan fisika. Orang yang membuat saya jatuh cinta dengan sains. Orang itu bernama Carl Sagan. Kata-katanya yang terkenal: Pale blue dot. Titik biru kecil di alam semesta yang menggambarkan eksistensi bumi, menjadi sebuah kalimat yang masih terngiang-ngiang sampai sekarang.  Bahwa bumi ini hanya sebuah titik kecil di bima sakti. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menjaga rumah kita bernama bumi ini.

Carl Sagan menelurkan lagi orang sejenisnya. Anak muridnya. Saya termasuk sering mendengarkan acara-acaranya di National Geographic Channel. Namanya Neil Degress Tyson. Mereka sama-sama menyampaikan sains dengan perumpamaan yang ringan. Sama seperti gurunya. Bahasanya mudah dimengerti. Nah, saya melihat bibit itu ada pada Mas Fajrul. Anak muda yang menyebut dirinya fisikawan amatir. Lulusan S2 Fisika di School of Physics and Astronomy, Cardiff University, Britania Raya. 

Melalui Mas Fajrul saya bisa mengetahui ilmu-ilmu fisika dasar dengan pembahasaan yang mudah dimengerti. Saya bisa tahu kalau air bukanlah penghasil energi. Namun cuma perantara. Ia tetap butuh pengantar energi melalui aki. Saya teringat dengan kata-kata mendiang Carl Sagan. Beliau pernah bilang: sains itu terlihat boring, tergantung dari bagaimana cara pembawaannya. Bagaimana komunikasinya. Kira-kira begitu. Dan akhirnya kita pun belajar. Bahwa komunikasi yang baik dibutuhkan dalam semua hal termasuk ilmu fisika sekalipun. Yang katanya membosankan itu.

Jerome Polen sebenarnya sudah pernah mencoba itu. Menyampaikan menariknya ilmu matematika dengan cara-cara sederhana. Tapi karena sudah terikat dengan pasar, saya hanya memandangnya sebagai seorang selebriti yang kebetulan dianugerahi kepintaran dengan IQ di atas rata-rata. Makanya jumlah subscribernya jauh lebih banyak dibandingkan Mas Fajrul. Bahkan melampaui Prof Rhenald Kasali. Mas Fajrul saja subscribernya masih kalah.

Saya cuma berharap semoga Mas Fajrul bisa konsisten dengan bidangnya. Menyampaikan sains dengan cara yang ringan kepada semua khalayak. Bahkan suatu saat punya acara sendiri. Seperti halnya Carl dan Neil. Meski pun tidak mudah. Apalagi usianya juga masih muda. Belum kawin pula.

*cuma seorang jurnalis