Pemilih Pemula di Samarinda 65.388 Orang, KPU: Kalau Golput Sayang

KPU
Komisioner KPU Samarinda Dwi Haryono. (net)

Samarinda, reviewsatu.com – Jelang pesta demokrasi 2024 mendatang, KPU Samarinda meminta pemilih pemula tidak golput. Ya, persentase pemilih pemula di Kota Tepian mencapai 11 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT).

Hal demikian disampaikan Komisioner KPU Samarinda Bidang Divisi Perencanaan, dan Informasi Dwi Haryono. Ia membeber angka pemilih pemula berusia 17 hingga 21 tahun di Samarinda berjumlah 65.388 orang. Adapun pensiunan Polri sejumlah 120 pemilih. Berdasarkan data tersebut, KPU mengestimasi persentase pemilih pemula hampir 11 persen, dari jumlah keseluruhan pemilih yang berjumlah 604.420 orang.

Dwi pun berharap generasi muda yang memiliki hak pilih untuk pertama kalinya itu tidak mengambil sikap Golongan Putih (Golput) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 nanti.

“Dengan siklus pemilu yang digelar setiap lima tahun sekali, maka kisaran usia pemilih yang pertama kali ikut adalah 17-21 tahun, termasuk juga pemilih pemula. Yang merupakan pensiunan TNI/Polri yang juga sebelumnya tidak boleh memilih,” ujar Dwi melalui sambungan seluler, Senin (11/7/2023).

Ia menjelaskan bahwa pemilih pemula adalah masyarakat yang pada hari pemilihan atau pemungutan suara sudah genap berusia 17 tahun dan atau lebih. Atau sudah pernah nikah yang mempunyai hak pilih, dan sebelumnya belum termasuk pemilih karena ketentuan Undang-Undang Pemilu.

Partisipasi pemilih pemula sendiri dapat dikatakan penting untuk menekan angka golput. Karena katanya ada pola jika mereka aktif pada pemilu pertama, maka ada kemungkinan mereka akan kembali aktif pada pemilu berikutnya. Dwi Wahyono juga berharap pada dasarnya seluruh lapisan masyarakat bisa datang untuk memilih.

“Dengan jumlah pemilih yang ditetapkan, itu berpengaruh pada logistik yang disediakan. Juga hal-hal lain yang berimbas dengan jumlah itu. Jika di konversi per orang itu cukup besar, sehingga ketika dia tidak datang menggunakan hak pilihnya, padahal sudah difasilitasi, kan mubazir,” ujar pria kelahiran Sragen tersebut.

KPU pun menyebut memiliki program dalam rangka mencegah pemilih pemula untuk golput. Seperti sosialiasi ke sekolah-sekolah menengah atas dan kampus dengan nama KPU Goes to School/Campus.

“Polanya, menjadi pembina upacara dihari upacara, sekarang masih sibuk mengurusi pencalonan, kemungkinan bulan Agustus akan dimulai lagi sosialisasi tersebut. Dulu juga ada relawan demokrasi dari mahasiswa, membuat kelompok-kelompok sendiri, membuat kegiatan dan difasilitasi oleh KPU, sekarang anggaran sedang menipis,” pungkas Dwi. (sal/boy)

Pewarta; Salasmita