Samarinda, reviewsatu.com – Komite Aksi Internasional Women’s Day 2023 memeringati hari Internasional Women’s Day (IWD) dengan menggelar aksi di Taman Samarendah Jalan Bhayangkara Kelurahan Bugis, Rabu (8/3/2023) soreà.
Yuni selaku koordinator lapangan menyebutkan IWD merupakan sebuah perjalanan panjang bagi buruh perempuan.
“Tapi ternyata tidak hanya buruh perempuan yang mendapatkan kriminalisasi atau penindasan-penindasan,” ungkap perempuan berjilbab cokelat pada sore hari ini. “Karena ternyata saat ini juga semua lingkup manusia juga mendapatkan penindasan terhadap stereotip yang terbangun dalam budaya,” tambahnya.
Yuni yang juga mahasiswa Universitas Mulawarman ini pun mengaku turut mendapatkan penindasanz di dalam kampus. Juga dari rumah sebagai anak.
Hal itu dia ungkapkan karena faktor budaya.
“Budaya yang selalu menomorduakan perempuan,” ungkap perempuan tersebut dengan lantang.
Hal itulah yang menjadi poin utama pada IWD 2023 kali ini. Isu yang dibawa adalah soal kesetaraan. Bahwa apapun gendernya, semua harus dirangkul. Karena semuanya sama-sama manusia.
Sedangkan untuk isu nasional yang diangkat adalah Rancangan Undang-Undang Pekerjaan Rumah Tangga (RUU PRT).
Menurut Yuni, di negara ini belum ada aturan yang mengatur bahwa pekerja rumah tangga adalah sebuah pekerjaan. Termasuk juga keamanan bagi pekerja rumah tangga.
“Padahal ada banyak sekali PRT yang mendapatkan kekerasan baik psikis maupun non psikis bahkan imbasnya sampai ke ekonomi,” tambahnya.
Dalam aksi kali ini terdapat sembilan tuntutan yang disampaikan massa aksi. Di antaranya massa menuntut pemerintah mengesahkan RUU PPRT. Dan mencabut KUHP serta Perpu Cipta Kerja.
Selanjutnya massa aksi menolak Perda Nomor 2 Tahun 2022 tentang Ketahanan Keluarga dan segala bentuk Perda anti LGBTIQ. Mereka juga meminta agar UUTPKS segera diimplementasikan. Selanjutnya, mereka melawan diskriminasi dan eksploitasi terhadap tubuh perempuan.
Kemudian menuntut agar pemerintah mengusut tuntas dan mengadili pelaku pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Lalu melawan rasisme, seksisme dan homophobia.
Selain itu jyga menuntut menghentikan kriminalisasi gerakan rakyat dan pejuang lingkungan. Dan yang terakhir menghancurkan kapitalisme.
“Kami menginginkan kesetaraan. Karena bicara soal IWD maka sama dengan bicara soal tuntutan terkait hak yang setara,” ungkapnya.
Dia juga menuntut hak yang setara bukan sama rata. Karena setara belum tentu sama rata. Yuni pun menyebutkan laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki kebutuhan. Namun dirinya merasa tidak bisa memenuhi kebutuhan itu karena dia adalah perempuan. (dey/boy)