*Catatan Zainal Muttaqin
Kamis pekan lalu saya dolan ke Jogjakarta. Saya sengaja naik pesawat Trans Nusa, yang disebut-sebut sebagai penantang baru dominasi Lion Grup.
Biasanya saya pergi ke Jogja naik mobil nyopir sendiri, atau naik kereta api Sancaka dari Surabaya, yang sudah puluhan tahun lalu biasa saya naiki. Dari harga tiketnya masih Rp 60 ribu sekali jalan, sekarang Rp 250 ribu sekali jalan. Karena usia saya sudah lewat 60 tahun, saya boleh beli tiket untuk lansia, yang dikasih diskon 20 persen oleh PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI).
Ada beberapa pertimbangan saya ke Jogja kali ini. Berangkat dari Jakarta. Saya sengaja memilih naik pesawat terbang Trans Nusa. Semula saya berpikir untuk rute Jakarta ke Jogja itu, Trans Nusa akan menggunakan pesawat udara ARJ21-700 buatan Tiongkok. Ini pesawat berbaling-baling, seperti milik Wings Air (Lion Grup). Saya sudah sering terbang dengan Wings Air dari Manado ke Sorong di Papua, dari Balikpapan ke Berau di Kaltim, dari Lombok ke Sumbawa di Nusa Tenggara Barat dan beberapa kota lainnya di negeri kita.
Ternyata saya keliru. Ternyata Trans Nusa menggunakan pesawat Airbus A320 untuk Jakarta ke Jogja itu. Padahal saya sudah terlanjur memilih tempat duduk paling belakang ketika web cek in. Untuk pesawat berbaling-baling, saya biasa memilih tempat duduk di kursi belakang.
Jam 18.00 senja saya mendarat di bandara baru YAI (Yogyakarta Internasional Airport) di Kulonprogo. Ini untuk pertama kalinya saya mendarat di bandara baru YAI itu. Sebelum itu saya biasa mendarat di Bandara Adi Sucipto yang berada di jantung kota Jogja.
Di bandara YAI itu tentu saya ingin sekalian mencoba kereta api bandara, dari YAI ke Stasiun Tugu di jantung kota Jogja yang murah meriah itu. Tiketnya hanya Rp.20 ribu sekali jalan. Sayang sekali ternyata tiketnya sudah habis. Akhirnya saya naik taksi gelap. Patungan dengan dua orang lainnya. Kami masing-masing perorang bayar Rp150 ribu, langsung diantar ke tempat tujuan.
Sebelum memutuskan naik taksi gelap itu, saya coba-coba melihat tarifnya Grap untuk jarak YAI ke Jogja itu. Tarif yang tampak di layar HP saya Rp.230 ribu sekali jalan.
Dengan mobil taksi gelap itu waktu tempuhnya satu jam dan 30 menit. Jalan raya yang sempit itu sangat ramai dengan kendaraan besar. Mobil yang kami tumpangi terpaksa harus berjalan pelan-pelan.
Ketika hari Minggu kemarin kembali ke Jakarta, hasrat saya terkabul untuk naik kereta Api bandara dari Stasiun Tugu Jogja ke bandara YAI. Harga tiketnya hanya Rp.20 ribu sekali jalan. Dengan waktu tempuh hanya 45 menit.
Agar tidak kehabisan tiket lagi, sehari sebelum jadwal keberangkatan, saya dolan (berkunjung) ke Stasiun Tugu. Maksudnya ingin membeli tiket Kereta Api Bandara lebih awal. Ternyata membelinya harus lewat online.
Naik kereta api ke bandara lebih nyaman, dibandingkan naik mobil. Yang jelas lebih terjamin keselamatannya. Lebih terukur waktu tempuhnya, selain lebih cepat tiba di bandara.
Pagi hari Minggu itu kereta api bandara dipadati penumpang. Menurut petugas kereta, masih banyak calon penumpang kereta api bandara yang tidak terangkut, karena kehabisan tiket kereta. Jadwal keberangkatan kereta api bandara itu memang setiap jam sekali. Tampaknya masih belum cukup menampung calon penumpang yang menuju ke YAI.
Kereta api bandara di Jogja ini boleh dibilang sangat ramai. Saya pernah naik kereta api bandara di Jakarta, dari stasiun BNI City ke Bandara Soekarno Hatta Cengkareng. Tarifnya Rp.30 ribu sekali jalan. Tidak terlalu ramai penumpang. Kita bisa membeli tiket keretanya di stasiun. Sedangkan di Jogja, sebaiknya anda beli tiket secara online, sehari sebelumnya, agar tidak kehabisan tiket. (zam).