Curhatan Pekerja Milenial di Tempat Kerja: Stres, Jenuh…

stress
Ilustrasi stres bekerja. (istockphoto)

Samarinda, reviewsatu.com – Generasi millenial bahkan Z rentan stres, jenuh dengan pekerjaan mereka. Bukan kebahagiaan yang didapat malah ketidakpuasan. Entah itu finansial atau pun emosional.

Suara alarm memekak di telinga Surya. Ia mesti bergegas bangkit dari peraduan. Sebelum pukul 08.00 Wita dirinya sudah harus tiba di kantor. Menempelkan jari tanda absensi. Jarak kontrakan dengan kantornya terpaut hampir 40 menit menggunakan kendaraan roda dua. Itu pun kalau tidak macet. Azan zuhur berkumandang. Tiga jam kemudian lebih beberapa menit, azan ashar memanggil. Hingga 30 menit jelang azan magrib, barulah ia bisa leluasa bersiap meninggalkan kantor.

Surya adalah seorang bujang 28 tahun. Ia saat ini bekerja sebagai honorer di salah satu instansi Pemerintah Provinsi Kaltim di Samarinda. Posisinya adalah staf administrasi. Rutinitas itu biasa ia lakoni hampir setiap hari.

Ketentuan mengenai jam kerja tersebut sudah diatur sesuai surat edaran Gubernur Kaltim nomor 065/8208/B.Org-TL tentang perubahan jam kerja di lingkungan Pemprov Kaltim. Dimana Senin-Kamis dimulai pukul 08.00-16.30 Wita dan Jumat pukul 08.00-12.00 Wita. Sabtu dan Minggu libur. Namun nyatanya yang tertera di kertas tidak selalu selaras dengan kenyataan.

 “Normal hari biasa ya jam 8 pagi sampai 17.30 sore,” ucapnya.

Seyogyanya, setelah itu pemuda kelahiran Tenggarong, Kukar ini bisa nongkrong bersama teman-teman. Akan tetapi, pekerjaan tambahan yang malah ia terima. Ujung-ujungnya, ia baru bisa menghirup udara bebas sekitar pukul 10 malam. 32 jam waktu bekerja selama lima hari baginya hanya dongeng. Yang ia rasakan justru kebalikannya.

Baca Juga  Beredar SK Pergantian Ketua DPRD Kaltim dari Kemendagri, Makmur Masih Santai

Memang saat lembur dirinya mendapat tambahan penghasilan dari kantor. Sayangnya tak cukup membuatnya puas. Bukan karena nominal. Tapi beban kerja yang tidak proporsional. Hampir sebagian besar pekerjaannya adalah limpahan dari para PNS senior di kantor.

“Ya mau gimana lagi, itu kondisi kita saat ini,” ujarnya mengeluh.

Empat tahun lebih menjadi honorer instansi pemerintahan bukanlah pekerjaan idaman bagi Surya yang menggeluti dunia teater itu. Demi cuan, ia terpaksa bertahan. Dengan gaji UMR Samarinda yaitu Rp 3.137.675. Bekerja pun akhirnya menjadi setengah hati. Belum lagi dengan lingkungan kerja toxic yang acap kali membuatnya stres.

Jenuh di tempat kerja pun tidak bisa dipungkiri. Kadang ia mencuri-curi waktu keluar kantor untuk lepas dari kejenuhan pekerjaan. Bahkan pernah tidak ngantor selama beberapa hari. Selama itu ia pergi menonton film di bioskop untuk menghibur diri agar tidak stres.

“Ya gimana ya. Melihat rekan kerja saya yang sudah PNS dan tidak pernah turun gajinya tetap sama juga, tidak kerja juga dapatkan reward. Sebagai manusia biasa ya wajar kalau saya jenuh.”

Lantas kenapa Surya tidak resign saja dari pekerjaannya? Pilihan itu bak buah simalakama. Ia belum punya cantolan untuk menyambung hidup.

“Kerjaan sekarang ini nyita waktu sekali, untuk keluar itu sulit bagi waktunya. Karena harus bangun pagi pulang malam, kapan ada waktu untuk mencari pekerjaan baru. Sulit.”

Di tempat berbeda, Viktor, pemuda 27 tahun sedang mengemudikan ambulans menuju rumah sakit swasta di Balikpapan. Menjemput pasien untuk ditangani darurat. Viktor lahir dan besar di Samarinda. Namun sebuah lamaran pekerjaan membuatnya harus pindah puluhan kilometer dari Mahakam.

Baca Juga  Bawaslu Bongkar Penyebab Parpol Tidak Lolos Verifikasi Administrasi

Tugas sebenarnya adalah menjadi teknisi atau reparasi alat-alat medis elektronik. Namun jika tidak ada tugas, ia membantu mengemudikan ambulans. Sudah hampir dua tahun ia menggeluti profesinya tersebut. Saat kru redaksi bertemu dengannya, tidak terlihat raut suram di wajah. Mukanya yang penuh keringat justru berbalut dengan sesungging senyum. Viktor terlihat menikmati pekerjaannya siang itu.

“Kalau tidak baiki alat saya bantu-bantu jadi driver ambulans,” kata Viktor.  

Ia dulunya merupakan lulusan salah satu kampus kesehatan di Jakarta dengan mengambil jurusan alat-alat kesehatan. Mengurus segala keperluan alat kesehatan sudah menjadi makanan kesehariannya. Viktor memang memiliki kegemaran di bidang mekanik sejak masih SMA. Karena itu pengambilan jurusan tersebut sesuai dengan hobinya.

“Senang aja sih, karena dari dulu suka dengan mesin.”

Gaji nya saat ini sesuai dengan UMR Balikpapan yaitu Rp. 3.118.397. Bahkan di media sosialnya, Viktor tak sungkan menunjukan aktivitas pekerjaannya. Untuk waktu kerja kantornya menerapkan sistem shift. Sehingga ia masih bisa menghabiskan waktu untuk sekedar bersantai. Apakah dirinya bahagia dengan pekerjaannya itu? Atau pernah merasakan stres berkepanjangan?

“Untuk saat ini masih fine-fine saja,” ungkapnya kemudian memohon izin untuk berlalu. (boy)

Baca juga: Pekerja Milenial Rawan Stres, Saran Psikolog Lakukan Ini