Samarinda, reviewsatu.com – Menumbuhkan kesadaran literasi di tengah arus digitalisasi tidak mudah. Pemerintah serius hasilkan kebijakan, masyarakat juga harus gencar lakukan edukasi.
Kesimpulan itu tersaji melalui diskusi yang diselenggarakan Sekolah Life Skil (SLS), Minggu (25/9/2022) pagi. Sebuah organisasi nirlaba yang didirikan oleh anak-anak muda Kaltim. Dalam diskusi tersebut, Euis Eka April Yani, kabid Pengelolaan dan Pelayanan Informasi Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Samarinda menjadi pemantik diskusi. Bersama dengan Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda Robingatin.
Di hadapan puluhan peserta, Eka menjelaskan sebagian besar masyarakat tidak bisa lepas dari dunia digital. Media sosial salah satunya. Sayang tidak semua masyarakat teredukasi tentang bagaimana menggunakan media digital secara bijak. Yang terjadi katanya justru ikut-ikutan menyebarkan informasi negatif kepada publik. Informasi yang disebar itu pun masih diragukan kebenarannya. Disayangkan lagi tidak ada masyarakat mau melaporkan postingan atau konten-konten negatif yang dianggap meresahkan tersebut.
“Dari pemerintah selama mereka tidak melanggar aturan, tidak sebarkan berita hoax enggak masalah. Tapi khusus yang jadi korban tidak mau laporkan ya susah juga,” jelasnya.
Diskominfo pun katanya berupaya melakukan upaya untuk menangkal arus informasi tersebut. Sesuai dengan tugas mereka. Misal menangkis konten media sosial yang menakut-nakuti balita dan sempat viral. Parahnya yang ikut-ikutan melakukannya adalah anak di bawah umur pula.
Cara untuk menangkis pengaruh buruk dunia digital itu adalah dengan membuat konten tandingan. Isinay edukasi tentang bagaimana menjaga orang yang disayangi.
“Penyebabnya salah satunya karena menonton konten orang dewasa, itu yang hadus kami edukasi kepada masyarakat,” tegas perempuan berhijab ini.
Selain itu itu Diskominfo juga berkolaborasi dengan instansi pemerintahan lain tentang berbagai hal. Misalnya terkait kebencanaan, Diskominfo menggandeng badan penanggulanga bencana. Kontennya adalah informasi seputar mitigasi tentang kebencanaan.
Tantangan belum tuntas. Nyatanya masih ada daerah di perkotaan yang belum terjamah oleh jaringan internet. Soal ini kata Eka, Pemkot Samarinda sudah berupaya dengan memberikan wi-fi gratis untuk masyarakat di Jalan Berambai, Samarinda Utara.
“Sudah jalan dengan rekanan dari Telkom. Prorgam ini berkesinambungan dan jadi komitmen pemerintah untuk atasi blankspot,” sebut Eka.
Pemkot juga menggandeng mahasiswa dari Polnes memberikan bimbingan kepada masyarakat sekitar terkait cara penggunaan internet. Termasuk penyuluhan tentang berjualan secara online melalui marketplace.
Dosen UINSI Robingatin punya pandangan kurangnya minat literasi karena anak-anak menganggapnya bukan aktifitas menyenangkan.
“Kayaknya anak-anak sekarang minat bacanya hanya sedikit,” singgung dia.
Tidak menyenangkannya minat baca bisa jadi karena berbagai hal. Di antaranya anak kurang diberi penghargaan oleh orang sekitarnya. Contohnya saat ia hendak tampil di depan publik justru diremehkan. Lalu tidak diapresiasi. Walhasil, anak menjadi tidak happy dan malas untuk mengekplorasi dirinya lebih luas. Karenanya menumbuhkan minat baca tersebut harus ditanamkan sejak dini.
“Guru harus beri contoh, beri motivasi yang bagus agar mereka tertarik untuk membaca.”
“Kalau anak bahagia perilaku kejahatan cenderung sedikit, kalau tidak bahagia potensi lakukan kejahatan itu ada. Kalau bahagia dia akan banyak berteman, lakukan sesuatu untuk orang lain karena mareka happy, tidak murung, tidak merasa direndahkan,” tutup Robingatin. (boy)