Samarinda, reviewsatu.com – Pengamat Ekonomi Fakultas Ekonomi (Fekon) Unmul Aji Sofyan Effendi meyakini ekonomi Kaltim masih bisa menggeliat meski pertumbuhannya bakal melambat. Hal ini buntut inflasi yang diprediksi naik 4 persen pada kuartal II/2022, tertinggi sepanjang sejarah.
Potensi perlambatan itu merupakan prediksi Bank Indonesia Perwakilan Kaltim. Dari data BI Pwk Kaltim, inflasi Kaltim diperkirakan berada pada rentang 3,53 persen (yoy) – 4,33 persen (yoy). Tertinggi sepanjang sejarah di Bumi Etam.
Bagi Aji Sofyan kondisi ini adalah dampak dari eksternal shock. Yakni gejolak dari luar negara yang berdampak ke dalam negeri. Konflik Rusia-Ukraina katanya membawa dampak berantai pada harga pangan sampai kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis pertalite dan Solar.
“Saya prediksi perekonomian Kaltim ada di angka 3,2 sampai 3,5 persen, sekitar di kisaran itu kalau memang ada potensi ekonomi terkoreksi,” ulasnya.
Jika memang ekonomi Kaltim ikut terkoreksi ia meyakini pertumbuhan ekonomi tetap ada. Indikatornya adalah bidang migas dan batu bara masih bisa berjalan dan berkontribusi meningkatkan Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Saat ini harga emas hitam sedang di atas angin hingga mencapai 400 US dollar per ton.
Apalagi Bumi Etam merupakan eksportir penting batu bara di pasar internasional, salah satunya Eropa.Ya, sejak Eropa membuka keran importir batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi, Kaltim masih bisa mengangkat kepala.
“Maka pos penerimaan negara dari sektor batu bara ada potensi naik, efek melonjaknya harga batu bara,” imbuh Aji. Efeknya dana bagi hasil (DBH) migas dan batu bara juga diprediksi naik.
Tapi, secara makro ekonomi Kaltim tidak melulu ditopang dua sektor ini. Masih ada sektor manufaktur, barang dan jasa, infrastruktur dan lainnya. Buruknya, sektor di luar batu bara dan migas itu justru melambat. Sektor jasa kata Aji terjadi perlambatan lantaran sektor riil juga alami hal serupa. “Tetap tumbuh, tapi lambat.”
Nah, terkait potensi inflasi 4 persen, menurut Aji masyarakat Kaltim bisa beradaptasi. “Ini namanya unsur ketahanan adaptif dimana masyarakat Kaltim bisa beradaptasi secara alamiah.”
Sebagai analogi, masyarakat yang biasa membeli cabai 1kg akan membeli setengah kilogam. Artinya kata Aji, daya beli masyarakat tidak serta merta berkurang. Bahkan pusat perbelanjaan seperti pasar, mal hingga ritel modern pun masih terjadi transaksi jual beli dan tidak terjadi gejolak. (cyn)